Minggu, 06 April 2014

PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH DALAM KUTIPAN DAN REFERENSI




a.   Kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang penulis, baik yang terdapat dalam buku, majalah, koran, dan sumber lainnya, ataupun berasal dari ucapan seorang tokoh. Kutipan digunakan untuk mendukung argumentasi penulis.
Namun, penulis jangan sampai menyusun tulisan yang hanya berisi kumpulan kutipan. Kerangka karangan, kesimpulan, dan ide dasar harus tetap pendapat penulis pribadi, kutipan berfungsi untuk menunjang/mendukung pendapat tersebut. Selain itu, seorang penulis sebaiknya tidak melakukan pengutipan yang terlalu panjang, misalkan sampai satu halaman atau lebih, hingga pembaca lupa bahwa apa yang dibacanya adalah kutipan. Kutipan dilakukan seperlunya saja sehingga tidak merusak alur tulisan.
Kutipan juga bisa diambil dari pernyataan lisan dalam sebuah wawancara, ceramah, ataupun pidato. Namun, kutipan dari pernyataan lisan ini harus dikonfirmasikan dulu kepada narasumbernya sebelum dicantumkan dalam tulisan.
Terdapat dua jenis kutipan:
a.   Kutipan langsung, apabila penulis mengambil pendapat orang lain secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat, sesuai teks asli, tidak mengadakan perubahan sama sekali.
b.   Kutipan tidak langsung, apabila penulis mengambil pendapat orang lain dengan menguraikan inti sari pendapat tersebut, susunan kalimat sesuai dengan gaya bahasa penulis sendiri.

b.   Sumber Kutipan (Referensi)

Salah satu karakter utama tulisan ilmiah adalah referensial, menunjukkan bahwa argumen-argumen yang diajukan dilandasi oleh teori atau konsep tertentu, sekaligus menunjukkan kejujuran intelektual dengan mencantumkan sumber kutipan (referensi) yang digunakan. Dalam praktik penulisan, setiap kali penulis mengutip pendapat orang lain, baik dari buku, majalah, ataupun wawancara, setelah kutipan itu harus dicantumkan sumber kutipan (buku, majalah, atau koran) yang digunakan.
Secara mendasar, pencantuman sumber kutipan ini mempunyai fungsi sebagai:
1.   Menyusun pembuktian (etika kejujuran dan keterbukaan ilmiah).
2.   Menyatakan penghargaan kepada penulis yang dikutip (etika hak cipta intelektual).
Terdapat dua model pencantuman referensi:
a.   Catatan tubuh (bodynote), dilakukan ketika penulis mencantumkan sumber kutipan langsung setelah selesainya sebuah kutipan dengan menggunakan tanda kurung.
b.   Catatan kaki (footnote), dilakukan apabila penulis mencantumkan nomor indeks di akhir sebuah kutipan, lalu di bagian bawah halaman tersebut (bagian kaki halaman) terdapat keterangan nomor indeks yang menjelaskan sumber kutipan tersebut.
Sebuah tulisan ilmiah harus menggunakan salah satu jenis penulisan referensi tersebut, serta harus konsisten dengan jenis tersebut. Artinya, ketika sebuah tulisan menggunakan bodynote, maka seluruh referensi dari awal hingga akhir tulisan harus menggunakan bodynote. Atau, jika seorang penulis menggunakan catatan kaki, sejak awal hingga akhir tulisan, penulis harus menggunakan catatan kaki untuk menuliskan referensinya.
    
c.   Teknik Menggunakan Catatan Kaki

Catatan kaki mempunyai kelebihan dibandingkan dengan catatan tubuh, yaitu:
1).     Catatan kaki mampu menunjukkan sumber referensi dengan lebih lengkap. Dalam cacatan tubuh, yang ditampilkan hanya nama pengarang, tahun terbit buku, serta halaman buku yang dikutip. Dalam catatan kaki, nama pengarang, judul buku, tahun terbit, nama penerbit, dan halaman dapat dicantumkan semua. Hal ini tentu mempermudah penelusuran bagi pembaca.
2).     Selain sebagai penunjukan referensi, catatan kaki dapat berfungsi untuk memberikan catatan penjelas yang diperlukan. Hal ini tentu tidak dapat dilakukan dengan catatan tubuh.
3).     Catatan kaki dapat digunakan untuk merujuk bagian lain dari sebuah tulisan.

Berdasarkan kelebihannya tersebut, catatan kaki bisa berisi:
1).     Penunjukan sumber kutipan (referensi).
2).     Catatan penjelas.
3).     Penunjukan sumber kutipan sekaligus catatan penjelas.
      
Prinsip-prinsip dalam menuliskan catatan kaki:
1)   Catatan kaki dicantumkan di bagian bawah halaman, dipisahkan dengan naskah skripsi oleh sebuah garis. Pemisahan ini akan otomatis dilakukan oleh program Microsoft Word dengan cara mengklik insert, kemudian reference, kemudian footnote.
2)   Nomor cacatan kaki ditulis secara urut pada tiap bab, mulai dari nomor satu. Artinya, cacatan kaki pertama di tiap awal bab menggunakan nomor satu, begitu seterusnya.
3)   Catatan kaki ditulis dengan satu spasi.
4)   Pilihan huruf dalam catatan kaki harus sama dengan pilihan huruf dalam naskah skripsi, hanya ukurannya lebih kecil, yaitu:
ü      Times New Roman (size 10)
ü      Arial (size 9)
ü      Tahoma (size 9)
5)   Baris pertama catatan kaki menjorok ke dalam sebanyak tujuh karakter.
6)   Judul buku dalam catatan kaki ditulis miring (italic).
7)   Nama pengarang dalam catatan kaki ditulis lengkap dan tidak dibalik.
8)   Catatan kaki bisa berisi keterangan tambahan. Pertimbangan utama memberikan keterangan tambahan adalah: jika keterangan tersebut ditempatkan dalam naskah (menyatu dengan naskah) akan merusak alur tulisan atau naskah tersebut. Tidak ada batasan seberapa panjang keterangan tambahan, asalkan proporsional.

Buku dengan satu pengarang
Nama pengarang, judul buku (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[1]

Buku dengan dua atau tiga pengarang
Nama pengarang 1, nama pengarang 2, nama pengarang 3, judul buku (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[2]

Buku dengan banyak pengarang
Nama pengarang pertama, et al., judul buku (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[3]
Perhatikan: hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan, nama-nama pengarang lainnya diganti dengan singkatan et al.

Buku yang telah direvisi
Nama pengarang, judul buku (rev.ed.; kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[4]
Perhatikan: singkatan rev.ed. menunjukkan bahwa buku tersebut telah mengalami revisi.

Buku yang terdiri dua jilid atau lebih
Nama pengarang, judul buku (nomor volume/jilid; kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[5]

Buku terjemahan
Nama pengarang asli, judul buku, terj. nama penerjemah (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[6]
Perhatikan: singkatan terj. menunjukkan bahwa buku tersebut telah diterjemahkan dan penulis mengutip dari terjemahan tersebut.

Kamus
Nama pengarang, judul kamus (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[7]



Artikel dari sebuah buku antologi
Nama pengarang artikel, ”judul artikel,” judul buku, ed. nama editor (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[8]
Perhatikan: jika editor satu orang maka menggunakan singkatan ed., namun jika editor dua orang atau lebih menggunakan singkatan eds.

Artikel dari sebuah jurnal/majalah ilmiah
Nama pengarang artikel, ”judul artikel,” nama jurnal/majalah ilmiah, edisi jurnal (bulan terbit, tahun terbit), halaman.[9]

Artikel dari koran/majalah
Nama pengarang artikel, ”judul artikel,” nama media, tanggal terbit, tahun, halaman.[10]

Berita koran/majalah
”Judul berita,” nama media, tanggal terbit, tahun, halaman.[11]

Skripsi/Tesis/Disertasi yang belum diterbitkan
Nama penulis, ”judul skripsi/tesis/disertasi,” (level karya, fakultas dan universitas, nama kota, tahun terbit), halaman.[12]

Makalah seminar yang tidak diterbitkan
Nama penulis, ”judul makalah,” (forum penyampaian makalah, penyelenggara seminar, nama kota, tanggal seminar, tahun).[13]

Dokumen yang tidak diterbitkan
Lembaga yang mengeluarkan dokumen, nama dokumen, (nama kota, tanggal dikeluarkan dokumen, tahun).[14]

Artikel dari internet
Nama penulis, ”judul artikel,” alamat lengkap internet (tanggal akses).[15]
Jika artikel di internet tidak mencantumkan nama penulis, maka langsung mengacu pada judul artikel.[16]

Pernyataan lisan
Nama narasumber, jenis pernyataan (wawancara atau pidato), tanggal pernyataan dilakukan.[17]

Referensi dari sumber kedua
Keterangan lengkap sumber pertama (sesuai dengan aturan catatan kaki), seperti dikutip oleh keterangan lengkap sumber kedua (sesuai aturan catatan kaki).[18]
Perhatikan: frase ”seperti dikutip oleh” menunjukkan bahwa penulis tidak membaca sumber asal (pertama) kutipan, hanya membaca dari orang lain (sumber kedua) yang mengutip sumber pertama.

d.   Beberapa Singkatan Khusus dalam Catatan Kaki

1)   Ibid.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Singkatan ini digunakan apabila referensi dalam catatan kaki nomor tersebut sama dengan referensi pada nomor sebelumnya (tanpa diselingi catatan kaki lain). Apabila halamannya sama, cukup ditulis Ibid., bila halamannya berbeda, setelah Ibid. dituliskan nomor halamannya.

2)   Op.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin opere citato yang berarti pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan apabila referensi dalam catatan kaki pada nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun diselingi catatan kaki lain. Op.Cit. khusus digunakan bagi referensi yang berupa buku.

3)   Loc.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin loco citato yang berarti pada tempat yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan sama dengan Op.Cit., yaitu apabila referensi dalam catatan kaki pada nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun diselingi catatan kaki lain. Namun, referensi yang diacu Loc.Cit. bukan berupa buku, melainkan artikel, baik itu dari koran, majalah, ensiklopedi, internet, atau lainnya.

Contoh penggunaan:

1 شمس الدين بن محمد بن علي احمد الدوري, طبقات المفسرين, (بيروت : دار الكتب العلامية, 1998), ط. 5,  ج. 2, ص. 111

1 Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, terj. Setio Budi (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 45.
2 Ibid.
3 Ibid., hal. 55.
4 Dedy N. Hidayat, "Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi," Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia,  No. 2 (Oktober, 1998), hal. 25-26.
5 Ibid., hal. 28.
6  Arthur Asa Berger, Op.Cit., hal. 70.
7 Hubert L. Dreyfus, Paul Rabinow, Beyond Structuralism and Hermeneutics (Chicago: University of Chicago Press, 1982), hal. 72 - 76.
8 Francis Fukuyama, “Benturan Islam dan Modernitas,” Koran Tempo, 22 November, 2001, hal. 45.
9 Robert McChesney, “Rich Media Poor Democracy,” www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html (akses 16 Agustus 2006).
10 Arthur Asa Berger, Op.Cit., hal. 96.
11 Ibid., hal. 99.
12 Ibid.
13 Dedy N. Hidayat, Loc.Cit., hal. 22.
14 Francis Fukuyama, Loc.Cit.
15 Hubert L. Dreyfus, Paul Rabinow, Op.Cit., 58.
16 Dedy N. Hidayat, Loc.Cit., hal. 21.

Cara membaca:
   
ü      Catatan kaki nomor (2) menggunakan Ibid., karena sumber kutipannya sama persis dengan nomor (1) baik buku maupun halamannya.
ü      Catatan kaki nomor (3) buku referensinya sama dengan nomor (2), hanya saja beda halamannya.
ü      Catatan kaki nomor (5) referensinya sama dengan nomor (4), hanya saja beda halamannya.
ü      Catatan kaki nomor (6), referensinya sama dengan nomor (1), karena telah diselingi oleh catatan kaki lain, maka menggunakan Op.Cit., serta menuliskan nama pengarang dan halaman.
ü      Catatan kaki nomor (10) referensinya sama dengan nomor (1), karena telah diselingi oleh catatan kaki lain, maka menggunakan Op.Cit.
ü      Catatan kaki nomor (11), referensinya sama dengan catatan kaki sebelumnya, tanpa diselingi catatan kaki lain, yaitu nomor (10), hanya saja beda halamannya.
ü      Catatan kaki nomor (12) referensinya sama persis dengan nomor (11).
ü      Catatan kaki nomor (13) referensinya sama dengan nomor (4), hanya beda halamannya, karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (4) berbentuk artikel (bukan buku) maka menggunakan Loc.Cit., serta menuliskan halamannya.
ü      Catatan kaki nomor (14) referensinya sama persis, termasuk halamannya, dengan nomor (8), karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (8) berbentuk artikel (bukan buku) maka menggunakan Loc.Cit.
ü      Catatan kaki nomor (15) referensinya sama dengan nomor (7), hanya beda halaman, karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (7) berbentuk buku (bukan artikel) maka menggunakan Op.Cit., serta menuliskan halamannya.
ü      Catatan kaki nomor (16) referensinya sama dengan nomor (4), hanya beda halamannya, karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (4) berbentuk artikel (bukan buku) maka menggunakan Loc.Cit., serta menuliskan halamannya.




e.   Teknik Menggunakan Catatan Tubuh

Kelebihan catatan tubuh adalah kemudahan bagi pembaca dalam mengecek sumber sebuah kutipan yang langsung terdapat sebelum atau setelah kutipan tersebut, tanpa perlu berpindah ke bagian bawah halaman.
Prinsip-prinsip dalam menuliskan catatan tubuh:
1).     Catatan tubuh menyatu dengan naskah, hanya ditandai dengan kurung buka dan kurung tutup.
2).     Catatan tubuh memuat nama belakang penulis, tahun terbit buku dan halaman yang dikutip. Contoh:
a).                 Nama penulis adalah Arthur Asa Berger, maka cukup ditulis Berger.
b).                 Nama penulis Jalaluddin Rakhmat, maka cukup ditulis Rakhmat.
3).     Terdapat dua cara menuliskan catatan tubuh:
a).                 Nama penulis, tahun terbit dan halaman berada dalam tanda kurung, ditempatkan setelah selesainya sebuah kutipan. Jika kutipan ini merupakan akhir kalimat, maka tanda titik ditempatkan setelah kurung tutup catatan tubuh. Contoh:
Di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di antara agen-agen utama yang menjadi alat sosialisasi dan orientasi ideologis, yang berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh masyarakat (Lull, 1995: 31-38).
b).                 Nama penulis menyatu dalam naskah tulisan, tidak berada dalam tanda kurung, sementara tahun penerbitan dan halaman berada dalam tanda kurung. Model ini biasanya ditempatkan sebelum sebuah kutipan. Contoh:
Menurut Lull (1995: 31-38), di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di antara agen-agen utama yang menjadi alat sosialisasi dan orientasi ideologis, yang berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh masyarakat.

Buku dengan satu pengarang
ü      ..... (Lull, 1995: 31 – 38).
ü      Menurut Lull (1995: 31 – 38), .....

Buku dengan dua atau tiga pengarang
ü      ….. (Dreyfus dan Rabinow, 1982: 72 – 76).
ü      Dreyfus dan Rabinow (1982: 72 – 76) mengatakan …..

Buku dengan banyak pengarang
ü      ...... (Ibrahim, et al., 1997: 52 – 54).
ü      ...... (Ibrahim, dkk., 1997: 52 – 54).

Buku yang terdiri dua jilid atau lebih
ü      ..... (Lapidus, Vol.1, 1988: 131).
ü      Mengacu pada Lapidus (Vol.1, 1988: 131), …..

Buku terjemahan
ü      ….. (Berger, terj., Setio Budi, 2000: 44 – 45).
ü      Berger (terj., Setio Budi, 2000: 44 – 45) menandaskan .....



Artikel dari sebuah buku antologi
ü      ..... (Alam, dalam Mastuhu dan Ridwan (eds.), 1998: 77).
ü      Menurut Alam (dalam Mastuhu dan Ridwan (eds.), 1998: 77), .....
Perhatikan: jika editor satu orang maka menggunakan singkatan ed., namun jika editor dua orang atau lebih menggunakan singkatan eds.

Artikel dari sebuah jurnal/majalah ilmiah
ü      ...... (Hidayat, Jurnal ISKI, No. 2, Oktober 1998: 25-26).
ü      Hidayat (Jurnal ISKI, No. 2, Oktober 1998: 25-26) menyebut …..

Artikel dari koran/majalah
ü      ..... (Fukuyama, Koran Tempo, 22 November 2001).
ü       Melandaskan argumen pada Fukuyama (Koran Tempo, 22 November 2001), ......

Berita koran/majalah
ü      ..... (Republika, 10 September 2002).
ü      Harian Republika (10 September 2002) memberitakan .....

Skripsi/Tesis/Disertasi yang belum diterbitkan
ü      ..... (Nazaruddin, Skripsi, 2004: 205).
ü      Menurut Nazaruddin (Skripsi, 2004: 205), .....

Makalah seminar yang tidak diterbitkan
ü      ..... (Nazaruddin, Makalah, 2007).
ü      Dalam makalahnya yang disampaikan dalam Temu Ilmiah Nasional Komunikasi, Nazaruddin (2007) mengatakan, .....

Dokumen yang tidak diterbitkan
ü      ..... (U.S. Department of Foreign Affairs, 1998).
ü      Dalam dokumen yang dikeluarkan U.S. Department of Foreign Affairs (1998) disebutkan bahwa …..

Artikel dari internet
ü      ….. (Chesney, www.thirdworldtraveler.com/ Robert_McChesney_ page.html, akses 15 Juni 2007).
ü      Mengutip Chesney (www.thirdworldtraveler.com/Robert_ McChesney_page.html, akses 15 Juni 2007), …..
Perhatikan: alamat web yang dicantumkan adalah alamat lengkap, dengan cara copy-paste dari address web secara langsung.

Pernyataan lisan
ü      ….. (Samijan, wawancara, 11 November 2006).
ü      Dalam wawancara dengan penulis, Samijan (11 November 2006) mengatakan ……

Referensi dari sumber kedua
ü Menurut Marx (seperti dikutip Takwin, 2000: 44), ......





f.   Penggunaan Kutipan dan Referensi

1).  Kutipan langsung empat baris atau lebih

Prinsip-prinsip:
                                  a).      Kutipan dipisahkan dari teks.
                                  b).      Kutipan menjorok ke dalam lebih kurang tujuh karakter. Bila awal kutipan adalah alinea baru, baris pertama kutipan menjorok lagi ke dalam lebih kurang tujuh karakter.
                                  c).      Kutipan diketik dengan spasi satu.
                                  d).      Kutipan diawali dan diakhiri dengan tanda kutip (boleh tidak).
                                  e).      Jika menggunakan catatan tubuh (bodynote), maka cacatan tubuh dicantumkan setelah kutipan. Contoh:

Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana kelas berkuasa bekerja melalui ideologi untuk melanggengkan dominasi mereka? Barangkali penting dikutip di sini bagaimana Marx menjelaskan bekerjanya kelas berkuasa:
“Individu-individu yang menyusun kelas yang berkuasa berkeinginan memiliki sesuatu/kesadaran dari yang lainnya. Ketika mereka memegang peranan sebagai sebuah kelas dan menentukan keseluruhannya dalam sebuah kurun waktu, hal tersebut adalah bukti diri bahwa mereka melakukan tersebut dalam jangkauannya kepada yang lainnya, memegang peranan sekaligus pula sebagai pemikir-pemikir, sebagai pemproduksi ide serta mengatur produksi dan distribusi idenya pada masa tersebut.” (Berger, 2000: 44 – 45)
Dalam contoh di atas, kalimat ”Pertanyaannya kemudian.....bekerjanya kelas berkuasa” adalah naskah skripsi. Kalimat ”Individu-individu.....pada masa tersebut” adalah kutipan langsung dari sebuah buku yang ditulis Arthur Asa Berger, diterbitkan pada tahun 2000, dan kutipan berasal dari halaman 44-45 buku tersebut.
                                    f).      Jika menggunakan catatan kaki (footnote), maka nomor indeks ditempatkan setelah kutipan, lalu di bagian bawah halaman tersebut (bagian kaki halaman) terdapat keterangan nomor indeks yang menjelaskan sumber kutipan tersebut. Contoh:

Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana kelas berkuasa bekerja melalui ideologi untuk melanggengkan dominasi mereka? Barangkali penting dikutip di sini bagaimana Marx menjelaskan bekerjanya kelas berkuasa:
“Individu-individu yang menyusun kelas yang berkuasa berkeinginan memiliki sesuatu/kesadaran dari yang lainnya. Ketika mereka memegang peranan sebagai sebuah kelas dan menentukan keseluruhannya dalam sebuah kurun waktu, hal tersebut adalah bukti diri bahwa mereka melakukan tersebut dalam jangkauannya kepada yang lainnya, memegang peranan sekaligus pula sebagai pemikir-pemikir, sebagai pemproduksi ide serta mengatur produksi dan distribusi idenya pada masa tersebut.” [19]
Dalam contoh di atas, kalimat ”Pertanyaannya kemudian.....bekerjanya kelas berkuasa” adalah naskah skripsi. Kalimat ”Individu-individu.....pada masa tersebut” adalah kutipan. Catatan kaki dalam contoh ini bisa dilengkapi dengan keterangan tambahan. [20]

2).  Kutipan langsung kurang dari empat baris
Prinsip-prinsip:
                                  a).      Kutipan tidak dipisahkan dari teks (menyatu dengan teks).
                                  b).      Kutipan harus diawali dan diakhiri dengan tanda kutip.
                                  c).      Jika menggunakan catatan tubuh, contoh:

Bagi sebuah kekuasaan resmi negara, salah satu representasi ideologi yang penting terwujud dalam pidato dan pernyataan-pernyataan para penyelenggara kekuasaan negara tersebut, secara khusus adalah seorang presiden ataupun raja yang berkuasa. Hart (1967: 61) mengatakan: "The symbolic dimensions of politics speech-making, for presidents, is a political act, the mechanism for wielding power."
Dalam contoh di atas, kalimat “Bagi sebuah kekuasaan ….. raja yang berkuasa” adalah naskah skripsi. Kalimat “The symbolic ….. for wielding power” adalah kutipan dari buku yang ditulis R.P. Hart, diterbitkan pada tahun 1967, dan kutipan berasal dari halaman 61 buku tersebut.

                                  d).      Jika menggunakan catatan kaki, contoh:

Bagi sebuah kekuasaan resmi negara, salah satu representasi ideologi yang penting terwujud dalam pidato dan pernyataan-pernyataan para penyelenggara kekuasaan negara tersebut, secara khusus adalah seorang presiden ataupun raja yang berkuasa. Hart mengatakan: "The symbolic dimensions of politics speech-making, for presidents, is a political act, the mechanism for wielding power." [21]
Dalam contoh di atas, kalimat “Bagi sebuah kekuasaan ….. raja yang berkuasa” adalah naskah skripsi. Kalimat “The symbolic ….. for wielding power” adalah kutipan. Catatan kaki dalam contoh ini bisa dilengkapi dengan keterangan tambahan. [22]

3).   Kutipan tidak langsung.
Prinsip-prinsip:
                                  a).      Kutipan tidak dipisahkan dari teks (menyatu dengan teks).
                                  b).      Kutipan tidak boleh menggunakan tanda kutip.
                                  c).      Jika menggunakan catatan tubuh, contoh:

Media bukanlah sarana netral yang menampilkan berbagai ideologi dan kelompok apa adanya, media adalah subjek yang lengkap dengan pandangan, kepentingan, serta keberpihakan ideologisnya. Janet Woollacott dan David Barrat menegaskan pandangan para teoritis Marxis bahwa ideologi yang dominanlah yang akan tampil dalam pemberitaan (Wollacott,  1982: 109, Barrat, 1994: 51-52). Media berpihak pada kelompok dominan, menyebarkan ideologi mereka sekaligus mengontrol dan memarginalkan wacana dan ideologi kelompok-kelompok lain.
Dalam contoh di atas, pernyataan bahwa ”ideologi yang dominan yang akan tampil dalam pemberitaan” adalah inti pendapat dari James Wollacott dan David Barrat yang penulis sajikan dalam bahasa sendiri.

                                  d).      Jika menggunakan catatan kaki, contoh:

 Media bukanlah sarana netral yang menampilkan berbagai ideologi dan kelompok apa adanya, media adalah subjek yang lengkap dengan pandangan, kepentingan, serta keberpihakan ideologisnya. Janet Woollacott dan David Barrat menegaskan pandangan para teoritis Marxis bahwa ideologi yang dominanlah yang akan tampil dalam pemberitaan.[23] Media berpihak pada kelompok dominan, menyebarkan ideologi mereka sekaligus mengontrol dan memarginalkan wacana dan ideologi kelompok-kelompok lain.
Dalam contoh di atas, catatan kaki bisa dilengkapi dengan keterangan tambahan. [24]

7.   Daftar Pustaka

Daftar pustaka/bibliografi adalah daftar yang berisi buku, artikel, dokumen, dan segenap kepustakaan lainnya yang digunakan dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah, ditempatkan di bagian terakhir (halaman terpisah/tersendiri) dari tulisan ilmiah tersebut. Daftar pustaka atau bibliografi mutlak ada dalam sebuah karya ilmiah, menunjukkan sifat referensial atas karya tersebut. Bibliografi disusun secara alfabetis (Lampiran VI.3).
Unsur-unsur dalam sebuah daftar pustaka:
ü      Nama pengarang (ditulis secara terbalik).
ü      Judul buku (termasuk judul tambahannya).
ü      Data publikasi (tempat terbit, nama penerbit, tahun terbit).
ü      Nama pengarang artikel dan judul artikel (untuk artikel).
ü      Data publikasi media, untuk artikel di media (nama media, tanggal terbit).
ü      Alamat lengkap internet dan waktu akses (untuk bahan dari internet).

Cara penyusunan daftar pustaka:

Buku dengan satu pengarang

Nama pengarang (dibalik). Judul buku. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Barrat, David. Media Sociology. London and New York: Routledge, 1994.

Buku dengan dua atau tiga pengarang

Nama pengarang 1 (dibalik), nama pengarang 2 (tidak dibalik), nama pengarang 3 (tidak dibalik). Judul buku. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Dreyfus, Hubert L., Paul Rabinow. Beyond Structuralism and Hermeneutics. Chicago: University of Chicago Press, 1982.

Buku dengan banyak pengarang

Nama pengarang 1 (dibalik), et.al. Judul buku. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Ibrahim, Idi Subandi, et.al. Hegemoni Budaya. Yogyakarta: Bentang, 1997.

Buku yang telah direvisi

Nama pengarang (dibalik). Judul buku. Rev.ed. Kota penerbit: nama penerbit,  tahun terbit.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Rev.ed. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.

Buku yang terdiri dua jilid atau lebih

Nama pengarang (dibalik). Judul buku. Volume/Jilid. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Lapidus, Ira M. A History of Islamic Societes. Vol.1. Cambridge: Cambridge University Press, 1988.


Buku terjemahan

Nama pengarang asli (dibalik). Judul buku, terj. nama penerjemah. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Berger, Arthur Asa. Media Analysis Techniques, terj. Setio Budi HH. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000.

Kamus

Nama pengarang kamus (dibalik). Judul kamus. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994.

Artikel dari sebuah buku antologi

Nama pengarang artikel (dibalik). ”Judul artikel,” Judul buku, ed. nama editor. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Alam, Rudi Harisyah. “Perspektif Pasca-Modernisme dalam Kajian Keagamaan,” Kajian Keagamaan dalam Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu, eds.  Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed., M. Deden Ridwan. Bandung: Penerbit Nuansa dan PUSJARLIT, 1998.

Perhatian: jika editor satu orang maka menggunakan singkatan ed., namun jika editor dua orang atau lebih menggunakan singkatan eds.

Artikel dari sebuah jurnal/majalah ilmiah

Nama pengarang artikel (dibalik). ”Judul artikel,” Nama jurnal/majalah ilmiah, edisi jurnal (bulan terbit, tahun terbit), halaman.
Hidayat, Dedy N. "Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi," Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia,  II (Oktober, 1998), hal. 32-43.

Perhatian: halaman yang dimaksud di daftar pustaka ini adalah halaman dari awal sampai akhir tempat artikel berada dalam jurnal/majalah ilmiah, bukan halaman yang dikutip.

Artikel dari koran/majalah

Nama pengarang artikel (dibalik). ”Judul artikel,” Nama media, tanggal dan tahun terbit.
Fukuyama, Francis. “Benturan Islam dan Modernitas,” Koran Tempo, 22 November 2001.

Berita koran/majalah

”Judul berita,” Nama media, tanggal dan tahun terbit.
“Islam di AS Jadi Agama Kedua,” Republika, 10 September 2002.




Skripsi/Tesis/Disertasi yang belum diterbitkan

Nama penulis (dibalik). ”Judul skripsi/tesis/disertasi.” Level karya, fakultas dan universitas, nama kota, tahun terbit.
Nazaruddin, Muzayin. “War Against Terrorism: Critical Discourse Analysis.” Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004.

Makalah seminar yang tidak diterbitkan

Nama penulis (dibalik). ”Judul makalah.” Forum penyampaian makalah, penyelenggara seminar, nama kota, tahun.
Nazaruddin, Muzayin. “Dua Tipe Perempuan dalam Film dan Sinetron Mistik Indonesia.” Makalah disampaikan dalam Temu Ilmiah Nasional, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.

Dokumen yang tidak diterbitkan

Lembaga yang mengeluarkan dokumen. Nama dokumen. Nama kota, tanggal dan tahun dikeluarkan dokumen.
U.S. Department of Foreign Affairs. Testimony by John. J. Maresca, Vice President International Relations Unocal Corporation to House Committee on International Relations Subcommittee on Asia and The Pacific. Washington D.C., 12 February 1998.

Artikel di internet

Nama penulis (dibalik). ”Judul artikel.” Alamat lengkap internet (waktu akses).
McChesney, Robert. “Rich Media Poor Democracy.” www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html (akses 16 Agustus 2006).

”Judul artikel.” Alamat lengkap internet (waktu akses).
“Pengelolaan Bencana: Pengelolaan Kerentanan Masyarakat.” www.walhi.or.id/kampanye/bencana (akses 17 Agustus 2006).







DAFTAR PUSTAKA

Abu Hanafi, Psikologi Umum, Jakarta : Reneka Cipta, 1992

Albert Bandura, The ChangingFace of Pyichology  at the Dawning of a Alobalization Era, 1998, vol. 429

Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia, 2003

Bauman  Z, Globbalization; The Human Consequences, 1998, vol. 421

Dawam Raharjo, Intelektual, Intelgensi, dan Perilaku Politik, Rahardjo, Bandung :Al-Mizan, 1996, h. 261

Desjarlais, R., Eisenberg, K.J., World Mental Health, 1995

Dinesh Bhugra and Anastasia Mastrogianni, Globalisation and mental disorders

Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami,Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 1994

EnthinHervina, tempo;  Lebih lanjut lihat, Mulyadhi Kartanegara, Psikologi Islam, Diktat

J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (terjemah), Jakarta : PT Grafindo Persada,  cet., ke-7

Jeffrey Jense, The Pyichology  of Globalization, 2002, vol.57

Kirmayer & Young, A, Culture and  Samatization, 1998, 67

Kirmayer, L.J., & Minas, I.H., The Future of Cultural Psyciatri, 2000, 45

Kunit, S.J., Globalization State and the Health of Indigenous Peaples, 2000, Vol. 90

Loren Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, cet., ke-3

MariaT, Dkk, The Psychology of  Workingand  Globalisation; a New Perspektiffor a New Era, 2008

Muhammad Ash-Shadr, Pandangan Bagir ash-Shadr terhadap Pelbagai Aliran Filsafat Dunia (terjemah), Bandung : al-Mizan, 1993

Murray, C.J.L.  & Lopez, A.D., Alternative Projektion of Mortality By Cause 1990-2020, 1997, Vol. 349
Sarlito, W. Sarwono, Perkenalan Dengan Aliran-Aliran dan Tokoh Psikologi, Jakarta : Bulan Bintang, 2002, Cet., ke-3

Sartorius, N., Ustun, T.B., Lecrubier, Y., Depression Comorbid With Anxiaty, 1996, 13; Zhang et Al, 1998)

Soerjono Soekanto, Sosiologi “Suatu Pengantar”(Jakarta : PTRaja Grafindo Persada, 1990), cet., ke-19

Zhang, W.X., Shen, Y.C. & Li, S.R., Epidemological Investigation on Mental Disordes in 7 Areas of China, 1998, 22
Al-Qardhawy, Yusuf, at-Tatharafual-Ilmanifi Muwajahatial-Islam (terjemah), Jakarta :Pustaka al-Kausar, 2000, cet., ke-1

Al-Bana, Gama, at-Ta’addudiyyah fiqh Mujtama’ Islamy, Jakarta: MataAir Publishing, 2006, cet., ke-1

Abdullah Nashih ‘Ulwan,  Aktiftas Islam menghadapi Tantangan Global, Solo : Al-Alaq, 2003, cet., ke-1

As-Shabuni,  Muhammad, at-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur'an,  (Bairut:  ‘Alim al-Kutub,  1985),  cet. ke-1

Al-Syaibani,  Abu ‘Abdillah bin Muhammad bin Hanbal bin Halal,  Al-Musnad li Imam Ahmad bin Hanbal,  (Bairut:  Dar al-Fikr,   1994),  Cet. ke-2l, Jilid 5,  h. 411

Arkoun, Mohammad dkk, Orientalisme Vis Avis  Oksidentalism (terjemah), Jakarta : Pustaka Firdaus, 2008, cet., ke-1

Adh-Dhahabi, Tafsir wa al-Mufasirun, Kairo : Maktabah Wahbah, 2000, cet.,k-7

Bagus,  Lorens, Kamus Filsafat,  Jakarta:  Gramedia Pustaka Utama,  2002,  cet. ke-3,  h.307; 

Departemen Dendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2007 Edisi III, cet., ke-7

Saekanto,  Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar,  Jakarta :PTRaja Grafindo Persada, 1994,  Edisi IV, cet., ke-9

Salim, Peter,  The Contemporary English-Indonesia  Dictionary,  Jakarta:  Modern English Pres,  1996,  t.cet.

Legenhausen, Muhammad, Islam and Religious Pluralism (terjemah), (Jakarta : PT Lentera Basritama, 2002, cet., ke-1

Thoha, Anis Malik, Tren Pluralisme Agama, (Jakarta : Gema Insani, 2005), cet., ke-1

Jaiz, Hartono Ahmad, Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, (Jakarta : Pustaka al-Kausar, 2002), cet., ke-3 

Jamaluddin, M.Ed (ed), Mendidikusikan kembali Eksistensi Madrasah, “Menyoal Pendidikan Agama Pluralis” (Jakarta :Logos,2003), cet., ke-2

Al-Kharasyi, Sulaiman bin Saleh, Al-‘Ashraniyyah Qintharat al-‘Almaniyyah, (terjemah), Bogor : Pustaka Thariqul Izzah : 2005

H.Hart, Michael, The 100, A Ranking of The Most Influential Persons in Histor,(terjemah) Jakarta : Pustaka Jaya,  1997, cet., ke-18

Wensinck,,   A.J.,  al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fadhi al-Hadis an-Nabawi,  (Leyden : Brill,  1985),  t.cet., Jilid 6

Yakin, Fathi, Islam Era Global, Yogyakarta : Ababil, 1996, cet., ke-1
Abdullah, Abdurrahman Salih, Educational Theory Qur’anic Theory (Mekkah: Ummul Qura University, tt).
Abudin Nata, Pendidikan Islam di Era Global, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005
'Ali, Hasan Abd. al, Al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Qarn al-Rabi'al-Hijryi (TT: Dar al-Fikr al-'Araby,tt)
Asari, Hasan. Menyingkap Zaman Keemasan Islam, (Bandung: Mizan, 1994).
Asep Suryahadi, Globalization And Wage Inequality In Indonesia A Cge Analysis(Journal) The SMERU Research Institute : : April 2001
Asrowi, Psikologi Global (Dalam Perspektif Globalisasi),Jurnal Pascasarna UIN Jakarta, 2006
Asifudin, Ahmad Janan, Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam (Tinjauan Filosofis), Yogyakarta : Sunan Kalijaga Press, 2009
Aziz, M. Amin, “Islamisasi sebagai Isu”, Ulumul Qur’an, Volume II, No. 4. 1992
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modrnisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, 1999.
------, Islam in The Indonesian World, Bandung : Mizan, 1996
------, Paradigma Baru Pendidikan Nasional; Rekonstruksi dan Demokratisasi, Jakarta: Kompas, 2002.
-----, Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains, dalam Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam (Jakarta: Logos, 1994)
Bakar, Osman, Hierarki Ilmu: Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu, Bandung: Mizan, 1998, cet. Ke-3.
Brown, P. & Lauder, H.. Education, globalization, and economic development. Journal of Education Policy, (1996) 11(1),
Brown, T.. Challenging globalization as discourse and phenomenon. International Journal of Lifelong Education, (1999)18(1)
Bendit, R. and W. Gaiser, Integration and Segregatio of Young People in a Changing World, Prospects, (1995) Vol. xxv, No.3, Sept
Cheng, Y.C. A CMI-Triplization Paradigm for Reforming Education in the New Millennium. International Journal of Educational Management. . (2000) 14 (4), 156-174.
Daud, Wan, Wan Mohd Nor, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas, Bandung: Mizan, 2003.
Deming, Edward W., Out of The Crisis, Cambridge: Cambridge Univercity, 1973
Dewey, John,  Democracy and Education, Encyclopedia Americana, 1979
Fahrina, Pendidikan Islam Di Era Globalisasi: http://fahreena.wordpress.com/2010/07/02/pendidikan-islam/
Faruqi, Ismail Raji al, Islamisasi Pengetahuan, (terj.) oleh Anas Mahyuddin dari Islamization of Knowledge, Bandung: Pustaka, 1984.
Freire, Paulo,  Pendidikan Kaum Tertindas,  terj. Pedagogy of the Oppressed, Jakarta: LP3ES, 2000, ceet. Ke-3
Geertz, Clifford, “Modernization in A Moslem Society: The Indonesia Case”, da’am Quest, vol. 39 (Bombay: 1963). Hadi S, Qamarul, Membangun Insan Seutuhnya, Al-Ma'arif, Bandung, 1986
George Ritzer, Dkk., Modern Sociological Theory, (terjemah) Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007
Hossein Nasr, Syed, Islam dan Nestapa Manusia Modern, terj. Anas Mahyuddin, Bandung: Mizan, 1983
Hossein, Science And Civilization In Islam, (Cambridge: Harvard University press, 1968).
Ilich, Ivan, Bebaskan Masyarakat Dari Belenggu Sekolah, terj. Deschooling Society, Jakarta: Yayasan Obor, 2000, ed. Ke-1, cet. Ke-2
ILO, A Fair Globalization: Creating Opportunities for All, Geneva, International Labour Office (2004)
Ismadi, Bambang, “Prasyarat strategis pengembangan IPTEK dalam era globalisasi”, http://pdfmachine.com
Jalal, Fasli, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta: Adicita, 2001
Jenie, Umar A., Paradigma dan Religiositas Perkembangan Iptek, dalam buku Religiusitas Iptek, Yogyakarta: 1998, cet.  Ke-1.
Kellner, Douglas, Globalization September 11, and the Recructrring of Education, In Critical, Redical Pedagogies, Global Conflicts, 2005
Makdisi, George. The Rise of Colleges (Edinburgh : Edinburgh University Press, 1981).
Marimba, Ahmad  D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1980
Mark K. Smith, The place of informal and non-formal education in development - the experience of the south.(jurnal). http://www.infed.org/biblio/colonialism.htm
Mc Clelland, David C, The Achieving Society, The Mcmillan Company, 1961
Menjejaki Model-model Pengembangannya, dalam buku Quo Vadiss Pendidikan Islam (ed.) Mudjia Rahardjo, Malang: Cendekia Paramulya, 2002.
Michelle Attrae Tonna, Teacher Education in a Glabalization Age, (Journal) Critical Education Police Studies Vol.5, No.1 (mei 2010)
Mohd Abbas Abdul Razak, Globalization And Its Impact On Education And Culture: Department of General Studies, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences,  World Journal of Islamic History and Civilization, 1 (1): 59-69, 2011
Muchsin, Bashori dan Wahid, Abdul, Pendidikan Islam Kontemporer, Bandung : PT. Refika Aditama, 2009
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006
Mulkhan, Abdul Munir, Rekosntruksi Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial, dalam buku Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial, Yogyakarta: Aditya Media, 1997
Nakosteen, Mehdi. Kontribusi Islam and Civilization in Islam (Cambridge: Harvard University Press, 1998)
Naquib Al-Attas, Syed Muhamad, Konsep Pendidikan dalam Islam, Mizan, Bandung: 1987
Narmoatmojo, Winarno, “Dinamika Peradaban Global dan Pengaruhnya Bagi Negara dan Bangsa”, http://winarno.staff.fkip.uns.ac.id/ files/2009/10/dinamika-perd-global.pdf
Nata, Abuddin, Tema-Tema Pokok al-Qur`an (Jakarta : Biro Mental DKI, 1993)
Nata, Abudin, Manajemen Pendidikan,Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Bogor : Kencana, 2003
Pinelopi Koujianou Goldberg And Nina Pavcnik Distributional Effects of Globalization in Developing Countries Journal of Economic Literature Vol. XLV (March 2007)
Qamarul Hadi, S., Membangun Insan Seutuhnya, Al-Ma'arif, Bandung, 1986.
Rachman, Arief, Kualitas Pendidikan Harus Dimaksimalkan, Media Indonesia, 30 Mei 2002
Rafiq, Mohd. “Tantangan dan Peluang Komunikasi Islam Pada Era Globalisasi Informasi”, idb2.wikispaces.com/file/view/ok2015.pdf
Rahardjo, M. Dawam, Intelektual Intelegensia dan Perilaku Politik Bangsa: Risalah Cendikiawan Muslim, Mizan, Bandung: 1996
Rahardjo, Mudjia, Islamisasi Ilmu Pengetahuan Sosiologi Islam sebagai Sebuah Tawaran, dalam buku Quo vadis Pendidikan Islam,  (ed.) Mudjia Rahardjo, Malang: Cendekia Paramulya, 2002.
Rahman, Budy Munawar, ed., Kontektualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Paramadina, Jakarta: 1995
Ramayulis, Studi Tentang Konsep Pendidikan Mohammad Natsir (Batusangkar: Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Batusangkar, 1979)
Robert F. Arnove, Reframing Comparative Education The Dialectic of  The Global and The Local: Journal Vol.13, No.2
Robertson, Globalization : Sosial Theory and Global Cultur, londeon: Sage, 1992
Ronald A. Lukens-Bull, Teaching Morality Javanese Islamic Education In A Globalizing Era (Journal)University Of North Florida, Jacksonville: 2001
Sadegh Bakhtiari, Globalization And Education Challenges And Opportunities (Journal) Isfahan University, Iran 2010
Saiful Akhyar Lubis, Islamic Education Toward The Era Of Social Change: Effort In Enhancing The Quality(Journal) 2009
Salam, Solihin, Wajah Nasional (Jakarta: Pusat Studi dan Penelitian Islam, 1990)
Sanaki, Hujair AH., “Paradigma Baru Pendidikan Islam”, http://Www.Sanaky.Com/Materi/Paradigma_Br_Pendidikan_Islam_Sebuah_Upaya.pd
Sardar, Ziauddin, Jihad Intelektual Merumuskan Parameter-parameter Sains Islam, terj. AE Priyono, Surabaya: Risalah Gusti, 2000
Sari Sitalaksmi, Dkk. Globalization and Working Conditions: Evidence from Indonesia (artikel) PDF
Stanton, Charles Michael, Pendidikan Tinggi dalam Islam (Jakarta: Logos, 1994).
Sudjana, HD., Manajemen Program Pendidikan, Bandung: Falah Production, 2000
Suwito, Pendidikan yang Memberdayakan, Makalah Pengukuhan Guru Besar di Bidang Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Januari 2002.
Syalabi, Ahmad. Al-Tarbiyah al-Islamiyah (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, 1982)
Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di Indonesia, Bogor : 1999
Tilaar, H.A.R., Kajian Kritis Sistem Pendidikan Nasional, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional  “Mencari Paradigma Baru Pendidikan Nasional Memasuki Milenium III dalam HUT PGRI di Jogjakarta.
UNESCO, Learning the Treasure Within, Paris, Co-publication Unesco/odile Jacob Publishers. (1996)
Wahid, Marzuki, “Pesantren di Lautan Pembangunanisme: Mencari Kinerja Pemberdayaan”, dalam Marzuki Wahid, et.al (ed.) Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), cet. ke-1.
Weber, Mark, The Protestan Ethic and Spirit Capitalism, Simon dan Schuster, New York, 1980.
Yunus, Mahmud, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran (Jakarta : Hidakarya Agung, 1978).
Zhang, W.X., Shen, Y.C. & Li, S.R., Epidemological Investigation on Mental Disordes in 7 Areas of China, 1998, 22
Al-Zarqani,  Muhammad Abd al-Adhim,  Manahi al Urfan fi Ulum al-Qur'an,  Bairut: Dar al-Fikr,  1988,  t.cet.,   Jilid 1
Al-Zarkasyi,  Badr al-Din Muhammad bin Abd Allah,  al-Burhan fi Ulum al-Qur'an,  Bairut: Dar al-Kutub al-Alamiyyah,  2001,  t.cet.
Al-Ghazali,  Abu Hamid,  Tahafut al-Falasifah, terjemah,  Yogyakarta: Futuh Printika,  2003,  cet. ke-1
Aceh,  Abu Bakar,  Sejarah al-Qur'an,  Solo: CV. Ramdani,  1989,  cet. ke-6
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlar,  Kamus Kontemporer,  Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak,  1996),  cet. ke-1
Alavi,  A. Q. R.,  We Approach Islam, Luclnow, Nasianal Book Center,  t.cet.
Ali, S.A.,  The Spirit of Islam,  London, Christopher,  1985
Al-Suyuti,  Jalal al-Din,  al-Itqan fi Ulum al-Qur'an,  Bairut: Dar al-Fikr,  tth.,  t.cet.
Al-Shabuni,  Muhammad Ali,  al-Tibyan fi Ulum al-Qur'an,  Bairut: Alim al-Kutub,  tth.,  t.cet.
Bagus,  Lorens,  Kamus Filsafat,  Jakarta:  Gramedia Pustaka Utama,  2002,  cet.   ke-3
Bahesty dan Bahonar,  Philosopi of Islam,  terjemah,  Jakarta: Risalah Masa,  1991,  cet. ke-1
Baidan,  Nashruddin,  Metodologi Penafsiran al-Qur'an,  Yogyakarta:  Pustaka Pelajar,  2000,  cet. ke-2
Beerling,  Dkk.,  Inleiding tot de Wetenschapsleer;  Terjemah,  Yogyakarta:  Tiara Wacana Yogya,  1997,  cet. ke-4   
Khalaf,  Abd al-Wahhab,  Ushul Fiqh,  Kuwait:  Dar al-Kuwaitiyyah,  1968,  cet.   ke-8
Suriasumantri,  Jujun S.,  Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,  Jakarta:  Pustaka Sinar Harapan,  2000,  cet. ke-13
Sudarto,  Metodologi Penelitian filsafat,  Jakarta:  Raja Grafindo Persada,  1997,  cet. ke2
Salim,  Peter,  The Contemporary English-Indonesia  Dictionary,  Jakarta:  Modern English Pres,  1996,  t.cet.
Saleh,  Subhi,  Mabahis fi Ulum al-Qur'an,  Bairut: Dar al-Ilm li al-Malayyin,  1988,  cet. ke-17
Tafsir,  Ahmad,   Filsafat Umum,  Bandung:  Remaja Rosdakarya,  1998,  cet. ke-6
Ushama,  Thameem,  Methodologies of Qur'anic Ezegesis,  terjemah,  Jakarta: Radar Jaya Pratama,  2000,  cet. ke-1
Yasyin,  Sulchan,  Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,  Surabaya: Amanah,  1997,  cet. ke1
Zahrah,  Muhammad Abu,  Ushul Fiqh,  Bairut: Dar al-Fikr al-Arabi,  tth.,  t.cet.
Poerwadarmita, W.S.J.,  Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN, Balai Pustaka, 1983), cet ke-2
Darajat, Zakiah, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1985), cet ke-5
Sarwono, Sarlito Wirawan, Seksualitas dan Fertilitas Remaja (Jakarta: CV Rajawali,  1983), cet ke-2
Al-Mahdi,  Perlukah Pendidikan seks pada Remaja, Anda (Tabloit) No. 59 (oktober 1987), h. 3; 
Fj.  Monks, A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: GMUP, 1988), cet ke-4 
Akbar, Ali dan Yusuf Abdullah Puar,  Bimbingan Sex Untuk Remaja, (Jakarta: Pustaka Antara, 1990), cet ke-2
Miqdad,  Akhmad Azhar Abu,  Pendidikan Seks Bagi Remaja, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997), cet ke-1




[1] David Barrat, Media Sociology (London and New York: Routledge, 1994), hal. 273.
[2] Hubert L. Dreyfus, Paul Rabinow, Beyond Structuralism and Hermeneutics (Chicago: University of Chicago Press, 1982), hal. 72 - 76.
[3] Idi Subandi Ibrahim, et al., Hegemoni Budaya (Yogyakarta: Bentang, 1997), hal. 52 - 54.
[4] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (rev.ed.; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 55.
[5] Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societes (Vol.1; Cambridge: Cambridge University Press, 1988), hal. 131.
[6] Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, terj. Setio Budi HH. (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45.
[7] Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), hal. 595.
[8] Rudi Harisyah Alam, “Perspektif Pasca-Modernisme dalam Kajian Keagamaan,” Kajian Keagamaan dalam Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu, eds.  Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed., M. Deden Ridwan (Bandung: Penerbit Nuansa dan PUSJARLIT, 1998), hal. 67-77.
[9] Dedy N. Hidayat, "Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi," Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia,  No. 2 (Oktober, 1998), hal. 25-26.
[10] Francis Fukuyama, “Benturan Islam dan Modernitas,” Koran Tempo, 22 November, 2001, hal. 4.
[11] “Islam di AS Jadi Agama Kedua,” Republika, 10 September, 2002, hal. 6.
[12] Muzayin Nazaruddin, “War Against Terrorism: Critical Discourse Analysis,” (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004), hal. 205.
[13] Muzayin Nazaruddin, “Dua Tipe Perempuan dalam Film dan Sinetron Mistik Indonesia,” (Makalah disampaikan dalam Temu Ilmiah Nasional, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta, 26 – 28 Juni, 2007).
[14] U.S. Department of Foreign Affairs, Testimony by John. J. Maresca, Vice President International Relations Unocal Corporation to House Committee on International Relations Subcommittee on Asia and The Pacific (Washington D.C., 12 February, 1998).
[15] Robert McChesney, “Rich Media Poor Democracy,” www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html (akses 16 Agustus 2006).
[16] “Pengelolaan Bencana: Pengelolaan Kerentanan Masyarakat,” www.walhi.or.id/kampanye/bencana (akses 17 Agustus 2006).
[17] Samijan, wawancara dengan penulis, 11 November 2006.
[18] Karl Marx, Selected Writings in Sociology and Social Philosophy, eds. T.B. Bottomore and Maximilien Rubel (New York: McGraw-Hill, 1964), hal. 78, seperti dikutip oleh Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, terj. Setio Budi HH. (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45.
[19] Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, terj. Setio Budi (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45.
[20] Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, terj. Setio Budi (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45. Cukup jelas, Marx menawarkan gagasan bahwa ide-ide atau gagasan pada suatu masa adalah yang disebarluaskan dan dipopulerkan oleh kelas berkuasa sesuai kepentingannya. Kelas penguasa itu, seperti ditegaskan Marx, merupakan pemikir, pemproduksi ide sekaligus mengatur distribusi idenya. Dalam hal produksi dan penyebarluasan ide inilah kita bisa mengurai saling keterkaitan antara kelas penguasa, ideologi, wacana dan media.
[21] R.P. Hardt, The Sound of Leadership: Presidential Communication in the Modern-Age (Chicago: Chicago University Press, 1987), hal. 61. 
[22] Pada dasarnya tiap pemimpin politik selalu menciptakan bahasa politik yang menjadi kekuatan utama konsolidasi simbolik dalam rangka mendukung politik dijalankan serta meneguhkan ideologi kekuasaan. Dalam sebuah studinya mengenai pidato kemenangan presiden di Amerika, Corcohan menunjukkan bahwa tiap presiden ternyata mempunyai gaya bahasa serta strategi wacana yang berbeda. Lihat lebih jauh di R.P. Hardt, The Sound of Leadership: Presidential Communication in the Modern-Age (Chicago: Chicago University Press, 1987), hal. 61. 
[23] David Barrat, Media Sociology (London and New York: Routledge, 1994), hal. 51-52. Lihat juga Janet Wollacott, “Message and Meanings”, dalam Culture, Society and the Media, eds. Michael Gurevitch, James Curran and James Wollacott (London: Methuen, 1982), hal. 109.
[24] Keberpihakan media akan menampilkan kelompok dominan dalam pemberitaan. Lebih jauh, media bukan hanya alat bagi ideologi dominan, tetapi juga memproduksi ideologi dominan itu sendiri. Lihat David Barrat, Media Sociology (London and New York: Routledge, 1994), hal. 51-52. Lihat juga Janet Wollacott, “Message and Meanings”, dalam Culture, Society and the Media, eds. Michael Gurevitch, James Curran and James Wollacott (London: Methuen, 1982), hal. 109.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar