a.
Kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari
seorang penulis, baik yang terdapat dalam buku, majalah, koran, dan sumber
lainnya, ataupun berasal dari ucapan seorang tokoh. Kutipan digunakan untuk
mendukung argumentasi penulis.
Namun, penulis jangan sampai menyusun tulisan yang hanya
berisi kumpulan kutipan. Kerangka karangan, kesimpulan, dan ide dasar harus
tetap pendapat penulis pribadi, kutipan berfungsi untuk menunjang/mendukung pendapat
tersebut. Selain itu, seorang penulis sebaiknya tidak melakukan pengutipan yang
terlalu panjang, misalkan sampai satu halaman atau lebih, hingga pembaca lupa
bahwa apa yang dibacanya adalah kutipan. Kutipan dilakukan seperlunya saja
sehingga tidak merusak alur tulisan.
Kutipan juga bisa diambil dari pernyataan lisan dalam
sebuah wawancara, ceramah, ataupun pidato. Namun, kutipan dari pernyataan lisan
ini harus dikonfirmasikan dulu kepada narasumbernya sebelum dicantumkan dalam
tulisan.
Terdapat dua jenis kutipan:
a.
Kutipan langsung, apabila penulis mengambil pendapat orang lain secara lengkap kata demi
kata, kalimat demi kalimat, sesuai teks asli, tidak mengadakan perubahan sama
sekali.
b.
Kutipan tidak langsung, apabila penulis mengambil pendapat orang lain dengan menguraikan inti
sari pendapat tersebut, susunan kalimat sesuai dengan gaya bahasa penulis
sendiri.
b.
Sumber Kutipan (Referensi)
Salah satu karakter utama tulisan ilmiah adalah referensial,
menunjukkan bahwa argumen-argumen yang diajukan dilandasi oleh teori atau
konsep tertentu, sekaligus menunjukkan kejujuran intelektual dengan
mencantumkan sumber kutipan (referensi) yang digunakan. Dalam praktik
penulisan, setiap kali penulis mengutip pendapat orang lain, baik dari buku,
majalah, ataupun wawancara, setelah kutipan itu harus dicantumkan sumber
kutipan (buku, majalah, atau koran) yang digunakan.
Secara mendasar, pencantuman sumber kutipan ini mempunyai
fungsi sebagai:
1. Menyusun pembuktian (etika kejujuran dan keterbukaan ilmiah).
2. Menyatakan penghargaan kepada penulis yang dikutip (etika hak cipta
intelektual).
Terdapat dua model pencantuman referensi:
a. Catatan tubuh (bodynote), dilakukan ketika
penulis mencantumkan sumber kutipan langsung setelah selesainya sebuah kutipan
dengan menggunakan tanda kurung.
b. Catatan kaki (footnote), dilakukan apabila
penulis mencantumkan nomor indeks di akhir sebuah kutipan, lalu di bagian bawah
halaman tersebut (bagian kaki halaman) terdapat keterangan nomor indeks yang
menjelaskan sumber kutipan tersebut.
Sebuah tulisan ilmiah harus menggunakan salah satu jenis
penulisan referensi tersebut, serta harus konsisten dengan jenis tersebut.
Artinya, ketika sebuah tulisan menggunakan bodynote, maka seluruh
referensi dari awal hingga akhir tulisan harus menggunakan bodynote.
Atau, jika seorang penulis menggunakan catatan kaki, sejak awal hingga akhir
tulisan, penulis harus menggunakan catatan kaki untuk menuliskan referensinya.
c. Teknik Menggunakan Catatan Kaki
Catatan kaki mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
catatan tubuh, yaitu:
1). Catatan kaki mampu menunjukkan sumber referensi dengan lebih lengkap. Dalam
cacatan tubuh, yang ditampilkan hanya nama pengarang, tahun terbit buku, serta
halaman buku yang dikutip. Dalam catatan kaki, nama pengarang, judul buku,
tahun terbit, nama penerbit, dan halaman dapat dicantumkan semua. Hal ini tentu
mempermudah penelusuran bagi pembaca.
2). Selain sebagai penunjukan referensi, catatan kaki dapat berfungsi untuk
memberikan catatan penjelas yang diperlukan. Hal ini tentu tidak dapat dilakukan
dengan catatan tubuh.
3). Catatan kaki dapat digunakan untuk merujuk bagian lain dari sebuah tulisan.
Berdasarkan kelebihannya tersebut, catatan kaki bisa
berisi:
1).
Penunjukan sumber kutipan
(referensi).
2).
Catatan penjelas.
3).
Penunjukan sumber kutipan
sekaligus catatan penjelas.
Prinsip-prinsip dalam menuliskan catatan kaki:
1) Catatan kaki dicantumkan di bagian bawah halaman, dipisahkan dengan naskah
skripsi oleh sebuah garis. Pemisahan ini akan otomatis dilakukan oleh program Microsoft
Word dengan cara mengklik insert, kemudian reference,
kemudian footnote.
2) Nomor cacatan kaki ditulis secara urut pada tiap bab, mulai dari nomor
satu. Artinya, cacatan kaki pertama di tiap awal bab menggunakan nomor satu,
begitu seterusnya.
3) Catatan kaki ditulis dengan satu spasi.
4) Pilihan huruf dalam catatan kaki harus sama dengan pilihan huruf dalam
naskah skripsi, hanya ukurannya lebih kecil, yaitu:
ü Times New Roman
(size 10)
ü Arial (size 9)
ü Tahoma (size 9)
5)
Baris pertama catatan kaki menjorok ke dalam
sebanyak tujuh karakter.
6)
Judul buku dalam catatan kaki ditulis miring (italic).
7)
Nama pengarang dalam catatan kaki ditulis lengkap
dan tidak dibalik.
8) Catatan kaki bisa
berisi keterangan tambahan. Pertimbangan utama memberikan keterangan tambahan
adalah: jika keterangan tersebut ditempatkan dalam naskah (menyatu dengan
naskah) akan merusak alur tulisan atau naskah tersebut. Tidak
ada batasan seberapa panjang keterangan tambahan, asalkan proporsional.
Buku dengan satu pengarang
Nama pengarang, judul buku (kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit), halaman.[1]
Buku dengan dua atau tiga pengarang
Nama pengarang 1, nama pengarang 2, nama pengarang 3, judul
buku (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[2]
Buku dengan banyak pengarang
Nama pengarang pertama, et al., judul buku
(kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[3]
Perhatikan: hanya nama pengarang pertama yang
dicantumkan, nama-nama pengarang lainnya diganti dengan singkatan et al.
Buku yang telah direvisi
Nama pengarang, judul buku (rev.ed.; kota
penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[4]
Perhatikan: singkatan rev.ed. menunjukkan bahwa
buku tersebut telah mengalami revisi.
Buku yang terdiri dua jilid atau lebih
Nama pengarang, judul buku (nomor volume/jilid;
kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[5]
Buku terjemahan
Nama pengarang asli, judul buku, terj. nama
penerjemah (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[6]
Perhatikan: singkatan terj. menunjukkan bahwa buku
tersebut telah diterjemahkan dan penulis mengutip dari terjemahan tersebut.
Kamus
Nama pengarang, judul kamus (kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit), halaman.[7]
Artikel dari sebuah buku antologi
Nama pengarang artikel, ”judul artikel,” judul buku,
ed. nama editor (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[8]
Perhatikan: jika editor satu orang maka menggunakan
singkatan ed., namun jika editor dua orang atau lebih menggunakan
singkatan eds.
Artikel dari sebuah jurnal/majalah ilmiah
Nama pengarang artikel, ”judul artikel,” nama
jurnal/majalah ilmiah, edisi jurnal (bulan terbit, tahun terbit), halaman.[9]
Artikel dari koran/majalah
Nama pengarang artikel, ”judul artikel,” nama media, tanggal
terbit, tahun, halaman.[10]
Berita koran/majalah
”Judul berita,” nama media, tanggal terbit, tahun,
halaman.[11]
Skripsi/Tesis/Disertasi yang belum diterbitkan
Nama penulis, ”judul skripsi/tesis/disertasi,” (level
karya, fakultas dan universitas, nama kota, tahun terbit), halaman.[12]
Makalah seminar yang tidak diterbitkan
Nama penulis, ”judul makalah,” (forum penyampaian
makalah, penyelenggara seminar, nama kota, tanggal seminar, tahun).[13]
Dokumen yang tidak diterbitkan
Lembaga yang mengeluarkan dokumen, nama dokumen, (nama
kota, tanggal dikeluarkan dokumen, tahun).[14]
Artikel dari internet
Nama penulis, ”judul artikel,” alamat lengkap internet
(tanggal akses).[15]
Jika artikel di internet tidak mencantumkan nama penulis,
maka langsung mengacu pada judul artikel.[16]
Pernyataan lisan
Nama narasumber, jenis pernyataan (wawancara atau
pidato), tanggal pernyataan dilakukan.[17]
Referensi dari sumber kedua
Keterangan lengkap sumber pertama (sesuai dengan aturan
catatan kaki), seperti dikutip oleh keterangan lengkap sumber kedua
(sesuai aturan catatan kaki).[18]
Perhatikan: frase ”seperti dikutip oleh”
menunjukkan bahwa penulis tidak membaca sumber asal (pertama) kutipan, hanya
membaca dari orang lain (sumber kedua) yang mengutip sumber pertama.
d. Beberapa Singkatan Khusus dalam Catatan Kaki
1) Ibid.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin ibidem
yang berarti pada tempat yang sama. Singkatan ini digunakan apabila
referensi dalam catatan kaki nomor tersebut sama dengan referensi pada nomor
sebelumnya (tanpa diselingi catatan kaki lain). Apabila halamannya sama, cukup
ditulis Ibid., bila halamannya berbeda, setelah Ibid. dituliskan
nomor halamannya.
2) Op.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin opere citato
yang berarti pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan
apabila referensi dalam catatan kaki pada nomor tersebut sama dengan referensi
yang telah dikutip sebelumnya, namun diselingi catatan kaki lain. Op.Cit.
khusus digunakan bagi referensi yang berupa buku.
3) Loc.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin loco citato
yang berarti pada tempat yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan
sama dengan Op.Cit., yaitu apabila referensi dalam catatan kaki pada
nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun
diselingi catatan kaki lain. Namun, referensi yang diacu Loc.Cit. bukan
berupa buku, melainkan artikel, baik itu dari koran, majalah, ensiklopedi,
internet, atau lainnya.
Contoh penggunaan:
1
شمس الدين بن محمد بن علي احمد الدوري, طبقات
المفسرين, (بيروت : دار الكتب العلامية, 1998), ط. 5, ج. 2, ص. 111
1 Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, terj.
Setio Budi (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya,
2000), hal. 45.
2 Ibid.
3 Ibid., hal. 55.
4 Dedy N. Hidayat, "Paradigma dan Perkembangan
Penelitian Komunikasi," Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 2 (Oktober, 1998), hal. 25-26.
5 Ibid., hal. 28.
6 Arthur Asa
Berger, Op.Cit., hal. 70.
7 Hubert L. Dreyfus, Paul Rabinow, Beyond Structuralism and
Hermeneutics (Chicago: University of Chicago Press, 1982), hal. 72 - 76.
8
Francis Fukuyama,
“Benturan Islam dan Modernitas,” Koran Tempo, 22 November, 2001, hal.
45.
9
Robert McChesney, “Rich Media Poor Democracy,” www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html
(akses 16 Agustus 2006).
10
Arthur Asa Berger, Op.Cit., hal. 96.
11
Ibid., hal. 99.
12
Ibid.
13 Dedy N. Hidayat, Loc.Cit., hal. 22.
14 Francis Fukuyama,
Loc.Cit.
15 Hubert L. Dreyfus, Paul Rabinow, Op.Cit., 58.
16
Dedy N. Hidayat, Loc.Cit., hal. 21.
Cara membaca:
ü
Catatan kaki nomor (2)
menggunakan Ibid., karena sumber kutipannya sama persis dengan
nomor (1) baik buku maupun halamannya.
ü
Catatan kaki nomor (3) buku
referensinya sama dengan nomor (2), hanya saja beda halamannya.
ü
Catatan kaki nomor (5)
referensinya sama dengan nomor (4), hanya saja beda halamannya.
ü
Catatan kaki nomor (6),
referensinya sama dengan nomor (1), karena telah diselingi oleh catatan kaki
lain, maka menggunakan Op.Cit., serta
menuliskan nama pengarang dan halaman.
ü
Catatan kaki nomor (10)
referensinya sama dengan nomor (1), karena telah diselingi oleh catatan kaki
lain, maka menggunakan Op.Cit.
ü
Catatan kaki nomor (11),
referensinya sama dengan catatan kaki sebelumnya, tanpa diselingi catatan kaki
lain, yaitu nomor (10), hanya saja beda halamannya.
ü
Catatan kaki nomor (12)
referensinya sama persis dengan nomor (11).
ü
Catatan kaki nomor (13) referensinya
sama dengan nomor (4), hanya beda halamannya, karena telah diselingi oleh
catatan kaki lain dan nomor (4) berbentuk artikel (bukan buku) maka menggunakan
Loc.Cit., serta menuliskan halamannya.
ü
Catatan kaki nomor (14)
referensinya sama persis, termasuk halamannya, dengan nomor (8), karena telah
diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (8) berbentuk artikel (bukan buku)
maka menggunakan Loc.Cit.
ü
Catatan kaki nomor (15)
referensinya sama dengan nomor (7), hanya beda halaman, karena telah diselingi
oleh catatan kaki lain dan nomor (7) berbentuk buku (bukan artikel) maka
menggunakan Op.Cit., serta menuliskan halamannya.
ü
Catatan kaki nomor (16)
referensinya sama dengan nomor (4), hanya beda halamannya, karena telah
diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (4) berbentuk artikel (bukan buku)
maka menggunakan Loc.Cit., serta menuliskan halamannya.
e. Teknik Menggunakan Catatan Tubuh
Kelebihan catatan tubuh adalah kemudahan bagi pembaca
dalam mengecek sumber sebuah kutipan yang langsung terdapat sebelum atau
setelah kutipan tersebut, tanpa perlu berpindah ke bagian bawah halaman.
Prinsip-prinsip dalam menuliskan catatan tubuh:
1). Catatan tubuh menyatu dengan naskah, hanya ditandai dengan kurung buka dan
kurung tutup.
2). Catatan tubuh memuat nama belakang penulis, tahun terbit buku dan halaman
yang dikutip. Contoh:
a).
Nama penulis adalah Arthur Asa
Berger, maka cukup ditulis Berger.
b).
Nama penulis Jalaluddin
Rakhmat, maka cukup ditulis Rakhmat.
3). Terdapat dua cara menuliskan catatan tubuh:
a).
Nama penulis, tahun terbit dan
halaman berada dalam tanda kurung, ditempatkan setelah selesainya sebuah
kutipan. Jika kutipan ini merupakan akhir kalimat, maka tanda
titik ditempatkan setelah kurung tutup catatan tubuh. Contoh:
Di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di antara agen-agen
utama yang menjadi alat sosialisasi dan orientasi ideologis, yang berinteraksi,
kumulatif, dan diterima oleh masyarakat (Lull, 1995: 31-38).
b).
Nama penulis menyatu dalam
naskah tulisan, tidak berada dalam tanda kurung, sementara tahun penerbitan dan
halaman berada dalam tanda kurung. Model ini biasanya ditempatkan
sebelum sebuah kutipan. Contoh:
Menurut Lull (1995: 31-38), di titik inilah esensi
hegemoni: hubungan di antara agen-agen utama yang menjadi alat sosialisasi dan
orientasi ideologis, yang berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh
masyarakat.
Buku dengan satu pengarang
ü
..... (Lull, 1995: 31 – 38).
ü
Menurut Lull (1995: 31 – 38),
.....
Buku dengan dua atau tiga pengarang
ü
….. (Dreyfus dan Rabinow, 1982:
72 – 76).
ü Dreyfus dan Rabinow (1982: 72 – 76) mengatakan …..
Buku dengan banyak pengarang
ü
...... (Ibrahim, et al.,
1997: 52 – 54).
ü
...... (Ibrahim, dkk.,
1997: 52 – 54).
Buku yang terdiri dua jilid atau lebih
ü
..... (Lapidus, Vol.1, 1988:
131).
ü
Mengacu pada Lapidus (Vol.1,
1988: 131), …..
Buku terjemahan
ü
….. (Berger, terj.,
Setio Budi, 2000: 44 – 45).
ü
Berger (terj., Setio
Budi, 2000: 44 – 45) menandaskan .....
Artikel dari sebuah buku antologi
ü
..... (Alam, dalam Mastuhu dan
Ridwan (eds.), 1998: 77).
ü
Menurut Alam (dalam Mastuhu dan
Ridwan (eds.), 1998: 77), .....
Perhatikan: jika editor satu orang maka menggunakan
singkatan ed., namun jika editor dua orang atau lebih menggunakan
singkatan eds.
Artikel dari sebuah jurnal/majalah ilmiah
ü ...... (Hidayat, Jurnal
ISKI, No. 2, Oktober 1998: 25-26).
ü
Hidayat (Jurnal ISKI, No.
2, Oktober 1998: 25-26) menyebut …..
Artikel dari koran/majalah
ü
..... (Fukuyama, Koran Tempo,
22 November 2001).
ü
Melandaskan argumen pada Fukuyama (Koran
Tempo, 22 November 2001), ......
Berita koran/majalah
ü
..... (Republika, 10 September
2002).
ü
Harian
Republika (10 September 2002) memberitakan .....
Skripsi/Tesis/Disertasi yang belum diterbitkan
ü
..... (Nazaruddin, Skripsi, 2004: 205).
ü
Menurut
Nazaruddin (Skripsi, 2004: 205), .....
Makalah seminar yang tidak diterbitkan
ü
..... (Nazaruddin, Makalah,
2007).
ü
Dalam makalahnya yang
disampaikan dalam Temu Ilmiah Nasional Komunikasi, Nazaruddin (2007)
mengatakan, .....
Dokumen yang
tidak diterbitkan
ü ..... (U.S.
Department of Foreign Affairs, 1998).
ü Dalam dokumen
yang dikeluarkan U.S. Department of Foreign Affairs (1998) disebutkan bahwa …..
Artikel dari
internet
ü ….. (Chesney, www.thirdworldtraveler.com/
Robert_McChesney_ page.html, akses 15 Juni 2007).
ü Mengutip Chesney
(www.thirdworldtraveler.com/Robert_
McChesney_page.html, akses 15 Juni 2007), …..
Perhatikan:
alamat web yang dicantumkan adalah alamat lengkap, dengan cara copy-paste
dari address web secara langsung.
Pernyataan lisan
ü ….. (Samijan,
wawancara, 11 November 2006).
ü Dalam wawancara
dengan penulis, Samijan (11 November 2006) mengatakan ……
Referensi dari sumber kedua
ü Menurut Marx (seperti dikutip Takwin, 2000:
44), ......
f.
Penggunaan Kutipan dan
Referensi
1). Kutipan langsung empat baris
atau lebih
Prinsip-prinsip:
a).
Kutipan
dipisahkan dari teks.
b).
Kutipan
menjorok ke dalam lebih kurang tujuh karakter. Bila awal kutipan adalah alinea
baru, baris pertama kutipan menjorok lagi ke dalam lebih kurang tujuh karakter.
c).
Kutipan diketik dengan spasi satu.
d).
Kutipan diawali dan diakhiri dengan tanda kutip (boleh
tidak).
e).
Jika menggunakan catatan tubuh (bodynote), maka
cacatan tubuh dicantumkan setelah kutipan. Contoh:
Pertanyaannya kemudian adalah
bagaimana kelas berkuasa bekerja melalui ideologi untuk melanggengkan dominasi
mereka? Barangkali penting dikutip di sini bagaimana Marx menjelaskan
bekerjanya kelas berkuasa:
“Individu-individu yang menyusun kelas yang berkuasa
berkeinginan memiliki sesuatu/kesadaran dari yang lainnya. Ketika mereka
memegang peranan sebagai sebuah kelas dan menentukan keseluruhannya dalam
sebuah kurun waktu, hal tersebut adalah bukti diri bahwa mereka melakukan
tersebut dalam jangkauannya kepada yang lainnya, memegang peranan sekaligus
pula sebagai pemikir-pemikir, sebagai pemproduksi ide serta mengatur produksi
dan distribusi idenya pada masa tersebut.” (Berger,
2000: 44 – 45)
Dalam contoh di atas, kalimat ”Pertanyaannya
kemudian.....bekerjanya kelas berkuasa” adalah naskah skripsi. Kalimat ”Individu-individu.....pada
masa tersebut” adalah kutipan langsung dari sebuah buku yang ditulis Arthur
Asa Berger, diterbitkan pada tahun 2000, dan kutipan berasal dari halaman 44-45
buku tersebut.
f).
Jika menggunakan catatan kaki (footnote), maka
nomor indeks ditempatkan setelah kutipan, lalu di bagian bawah
halaman tersebut (bagian kaki halaman) terdapat keterangan nomor indeks yang
menjelaskan sumber kutipan tersebut. Contoh:
Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana
kelas berkuasa bekerja melalui ideologi untuk melanggengkan dominasi mereka?
Barangkali penting dikutip di sini bagaimana Marx menjelaskan bekerjanya kelas
berkuasa:
“Individu-individu yang
menyusun kelas yang berkuasa berkeinginan memiliki sesuatu/kesadaran dari yang
lainnya. Ketika mereka memegang peranan sebagai sebuah kelas dan menentukan
keseluruhannya dalam sebuah kurun waktu, hal tersebut adalah bukti diri bahwa
mereka melakukan tersebut dalam jangkauannya kepada yang lainnya, memegang peranan
sekaligus pula sebagai pemikir-pemikir, sebagai pemproduksi ide serta mengatur
produksi dan distribusi idenya pada masa tersebut.” [19]
Dalam contoh di atas, kalimat ”Pertanyaannya
kemudian.....bekerjanya kelas berkuasa” adalah naskah skripsi. Kalimat ”Individu-individu.....pada
masa tersebut” adalah kutipan. Catatan kaki dalam contoh ini bisa
dilengkapi dengan keterangan tambahan. [20]
2).
Kutipan langsung kurang dari empat baris
Prinsip-prinsip:
a).
Kutipan
tidak dipisahkan dari teks (menyatu dengan teks).
b).
Kutipan
harus diawali dan diakhiri dengan tanda kutip.
c).
Jika
menggunakan catatan tubuh, contoh:
Bagi sebuah kekuasaan resmi negara, salah satu
representasi ideologi yang penting terwujud dalam pidato dan
pernyataan-pernyataan para penyelenggara kekuasaan negara tersebut, secara
khusus adalah seorang presiden ataupun raja yang berkuasa. Hart (1967: 61)
mengatakan: "The symbolic dimensions of politics speech-making, for
presidents, is a political act, the mechanism for wielding power."
Dalam
contoh di atas, kalimat “Bagi sebuah kekuasaan ….. raja yang berkuasa”
adalah naskah skripsi. Kalimat “The symbolic ….. for wielding power”
adalah kutipan dari buku yang ditulis R.P. Hart, diterbitkan pada tahun 1967,
dan kutipan berasal dari halaman 61 buku tersebut.
d).
Jika menggunakan catatan kaki, contoh:
Bagi sebuah kekuasaan resmi
negara, salah satu representasi ideologi yang penting terwujud dalam pidato dan
pernyataan-pernyataan para penyelenggara kekuasaan negara tersebut, secara
khusus adalah seorang presiden ataupun raja yang berkuasa. Hart mengatakan: "The
symbolic dimensions of politics speech-making, for presidents, is a political
act, the mechanism for wielding power." [21]
Dalam
contoh di atas, kalimat “Bagi sebuah kekuasaan ….. raja yang berkuasa”
adalah naskah skripsi. Kalimat “The symbolic ….. for wielding power”
adalah kutipan. Catatan kaki dalam contoh ini bisa dilengkapi dengan keterangan
tambahan. [22]
3). Kutipan tidak
langsung.
Prinsip-prinsip:
a).
Kutipan
tidak dipisahkan dari teks (menyatu dengan teks).
b).
Kutipan
tidak boleh menggunakan tanda kutip.
c).
Jika
menggunakan catatan tubuh, contoh:
Media bukanlah sarana netral yang menampilkan
berbagai ideologi dan kelompok apa adanya, media adalah subjek yang lengkap
dengan pandangan, kepentingan, serta keberpihakan ideologisnya. Janet
Woollacott dan David Barrat menegaskan pandangan para teoritis Marxis bahwa
ideologi yang dominanlah yang akan tampil dalam pemberitaan (Wollacott, 1982: 109, Barrat, 1994: 51-52). Media
berpihak pada kelompok dominan, menyebarkan ideologi mereka sekaligus
mengontrol dan memarginalkan wacana dan ideologi kelompok-kelompok lain.
Dalam
contoh di atas, pernyataan bahwa ”ideologi yang dominan yang akan tampil
dalam pemberitaan” adalah inti pendapat dari James Wollacott dan David
Barrat yang penulis sajikan dalam bahasa sendiri.
d).
Jika menggunakan catatan kaki, contoh:
Media bukanlah sarana netral yang menampilkan
berbagai ideologi dan kelompok apa adanya, media adalah subjek yang lengkap
dengan pandangan, kepentingan, serta keberpihakan ideologisnya. Janet
Woollacott dan David Barrat menegaskan pandangan para teoritis Marxis bahwa
ideologi yang dominanlah yang akan tampil dalam pemberitaan.[23] Media berpihak pada kelompok dominan, menyebarkan ideologi mereka
sekaligus mengontrol dan memarginalkan wacana dan ideologi kelompok-kelompok
lain.
Dalam contoh di atas, catatan
kaki bisa dilengkapi dengan keterangan tambahan. [24]
7. Daftar Pustaka
Daftar pustaka/bibliografi adalah daftar yang berisi
buku, artikel, dokumen, dan segenap kepustakaan lainnya yang digunakan dalam
menyusun sebuah tulisan ilmiah, ditempatkan di bagian terakhir (halaman
terpisah/tersendiri) dari tulisan ilmiah tersebut. Daftar pustaka atau
bibliografi mutlak ada dalam sebuah karya ilmiah, menunjukkan sifat referensial
atas karya tersebut. Bibliografi disusun secara alfabetis (Lampiran
VI.3).
Unsur-unsur dalam sebuah daftar pustaka:
ü
Nama pengarang (ditulis secara
terbalik).
ü
Judul buku (termasuk judul
tambahannya).
ü
Data publikasi (tempat terbit,
nama penerbit, tahun terbit).
ü
Nama pengarang artikel dan
judul artikel (untuk artikel).
ü
Data publikasi media, untuk
artikel di media (nama media, tanggal terbit).
ü
Alamat lengkap internet dan
waktu akses (untuk bahan dari internet).
Cara penyusunan daftar pustaka:
Buku dengan satu pengarang
Nama pengarang (dibalik). Judul buku. Kota
penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Barrat, David. Media Sociology. London and New
York: Routledge, 1994.
Buku dengan dua atau tiga pengarang
Nama pengarang 1 (dibalik), nama pengarang 2 (tidak
dibalik), nama pengarang 3 (tidak dibalik). Judul buku. Kota penerbit:
nama penerbit, tahun terbit.
Dreyfus, Hubert L., Paul Rabinow. Beyond
Structuralism and Hermeneutics. Chicago:
University of Chicago Press, 1982.
Buku
dengan banyak pengarang
Nama
pengarang 1 (dibalik), et.al. Judul buku. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Ibrahim,
Idi Subandi, et.al. Hegemoni Budaya. Yogyakarta:
Bentang, 1997.
Buku
yang telah direvisi
Nama
pengarang (dibalik). Judul buku. Rev.ed. Kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit.
Rakhmat,
Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Rev.ed. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003.
Buku
yang terdiri dua jilid atau lebih
Nama
pengarang (dibalik). Judul buku. Volume/Jilid. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Lapidus,
Ira M. A History of Islamic Societes. Vol.1. Cambridge:
Cambridge University Press, 1988.
Buku
terjemahan
Nama
pengarang asli (dibalik). Judul buku, terj. nama penerjemah. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Berger, Arthur Asa. Media Analysis Techniques, terj.
Setio Budi HH. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000.
Kamus
Nama pengarang kamus (dibalik). Judul kamus. Kota
penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1994.
Artikel dari sebuah buku antologi
Nama pengarang artikel (dibalik). ”Judul artikel,” Judul
buku, ed. nama editor. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Alam, Rudi Harisyah. “Perspektif Pasca-Modernisme dalam
Kajian Keagamaan,” Kajian Keagamaan dalam Tradisi Baru Penelitian Agama
Islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu, eds. Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed., M. Deden Ridwan.
Bandung: Penerbit Nuansa dan PUSJARLIT, 1998.
Perhatian:
jika editor satu orang maka menggunakan singkatan ed., namun jika editor
dua orang atau lebih menggunakan singkatan eds.
Artikel dari sebuah jurnal/majalah ilmiah
Nama pengarang artikel (dibalik). ”Judul artikel,” Nama
jurnal/majalah ilmiah, edisi jurnal (bulan terbit, tahun terbit), halaman.
Hidayat, Dedy N. "Paradigma dan Perkembangan
Penelitian Komunikasi," Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, II (Oktober, 1998), hal. 32-43.
Perhatian: halaman yang dimaksud di daftar pustaka ini adalah halaman dari
awal sampai akhir tempat artikel berada dalam jurnal/majalah ilmiah, bukan
halaman yang dikutip.
Artikel dari koran/majalah
Nama pengarang artikel (dibalik). ”Judul artikel,” Nama
media, tanggal dan tahun terbit.
Fukuyama, Francis. “Benturan Islam dan Modernitas,” Koran
Tempo, 22 November 2001.
Berita koran/majalah
”Judul berita,” Nama media, tanggal dan tahun
terbit.
“Islam di AS Jadi Agama Kedua,” Republika, 10
September 2002.
Skripsi/Tesis/Disertasi yang belum diterbitkan
Nama penulis (dibalik). ”Judul skripsi/tesis/disertasi.”
Level karya, fakultas dan universitas, nama kota, tahun terbit.
Nazaruddin,
Muzayin. “War Against Terrorism: Critical Discourse Analysis.” Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas
Maret, Surakarta, 2004.
Makalah seminar yang tidak diterbitkan
Nama penulis (dibalik). ”Judul makalah.” Forum
penyampaian makalah, penyelenggara seminar, nama kota, tahun.
Nazaruddin, Muzayin. “Dua Tipe Perempuan dalam Film dan
Sinetron Mistik Indonesia.” Makalah disampaikan dalam Temu Ilmiah Nasional,
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.
Dokumen yang tidak diterbitkan
Lembaga yang mengeluarkan dokumen. Nama dokumen.
Nama kota, tanggal dan tahun dikeluarkan dokumen.
U.S. Department of
Foreign Affairs. Testimony by John. J. Maresca, Vice President International
Relations Unocal Corporation to House Committee on International Relations
Subcommittee on Asia and The Pacific. Washington D.C.,
12 February 1998.
Artikel
di internet
Nama
penulis (dibalik). ”Judul artikel.” Alamat lengkap internet (waktu akses).
McChesney,
Robert. “Rich Media Poor Democracy.” www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html
(akses 16 Agustus 2006).
”Judul artikel.”
Alamat lengkap internet (waktu akses).
“Pengelolaan Bencana: Pengelolaan Kerentanan Masyarakat.”
www.walhi.or.id/kampanye/bencana
(akses 17 Agustus 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Abu
Hanafi, Psikologi Umum, Jakarta
: Reneka Cipta, 1992
Albert
Bandura, The ChangingFace of Pyichology
at the Dawning of a Alobalization Era, 1998,
vol. 429
Alex
Sobur, Psikologi Umum, Bandung
: Pustaka Setia, 2003
Bauman Z, Globbalization;
The Human Consequences, 1998, vol. 421
Dawam Raharjo, Intelektual, Intelgensi, dan Perilaku
Politik, Rahardjo, Bandung
:Al-Mizan, 1996, h. 261
Desjarlais,
R., Eisenberg, K.J., World Mental Health, 1995
Dinesh
Bhugra and Anastasia Mastrogianni, Globalisation and mental disorders
Djamaludin
Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami,Yogyakarta
:Pustaka Pelajar, 1994
EnthinHervina,
tempo; Lebih lanjut lihat, Mulyadhi
Kartanegara, Psikologi Islam, Diktat
J.P.Chaplin, Kamus
Lengkap Psikologi (terjemah), Jakarta
: PT Grafindo Persada, cet., ke-7
Jeffrey Jense, The Pyichology of Globalization, 2002, vol.57
Kirmayer & Young, A, Culture and Samatization, 1998, 67
Kirmayer, L.J., & Minas, I.H., The Future of Cultural
Psyciatri, 2000, 45
Kunit, S.J., Globalization
State and
the Health of Indigenous Peaples, 2000, Vol. 90
Loren
Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, cet., ke-3
MariaT, Dkk, The Psychology of Workingand
Globalisation; a New Perspektiffor a New Era, 2008
Muhammad Ash-Shadr, Pandangan Bagir ash-Shadr terhadap
Pelbagai Aliran Filsafat Dunia (terjemah), Bandung : al-Mizan, 1993
Murray, C.J.L. & Lopez, A.D., Alternative
Projektion of Mortality By Cause 1990-2020, 1997, Vol. 349
Sarlito,
W. Sarwono, Perkenalan Dengan Aliran-Aliran dan Tokoh Psikologi, Jakarta : Bulan Bintang,
2002, Cet., ke-3
Sartorius, N., Ustun, T.B., Lecrubier, Y., Depression
Comorbid With Anxiaty, 1996, 13; Zhang et Al, 1998)
Soerjono
Soekanto, Sosiologi “Suatu Pengantar”(Jakarta : PTRaja Grafindo
Persada, 1990), cet., ke-19
Zhang, W.X., Shen, Y.C. & Li, S.R., Epidemological Investigation
on Mental Disordes in 7 Areas of China, 1998, 22
Al-Qardhawy,
Yusuf, at-Tatharafual-Ilmanifi Muwajahatial-Islam (terjemah), Jakarta :Pustaka
al-Kausar, 2000, cet., ke-1
Al-Bana,
Gama, at-Ta’addudiyyah fiqh Mujtama’ Islamy, Jakarta: MataAir Publishing, 2006, cet., ke-1
Abdullah
Nashih ‘Ulwan, Aktiftas Islam
menghadapi Tantangan Global, Solo : Al-Alaq, 2003, cet., ke-1
As-Shabuni, Muhammad, at-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur'an, (Bairut:
‘Alim al-Kutub, 1985), cet. ke-1
Al-Syaibani, Abu ‘Abdillah bin Muhammad bin Hanbal bin
Halal, Al-Musnad li Imam Ahmad bin
Hanbal, (Bairut: Dar al-Fikr,
1994), Cet. ke-2l, Jilid 5, h. 411
Arkoun,
Mohammad dkk, Orientalisme Vis Avis
Oksidentalism (terjemah), Jakarta
: Pustaka Firdaus, 2008, cet., ke-1
Adh-Dhahabi,
Tafsir wa al-Mufasirun, Kairo : Maktabah Wahbah, 2000, cet.,k-7
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002,
cet. ke-3, h.307;
Departemen
Dendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,
2007 Edisi III, cet., ke-7
Saekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta
:PTRaja Grafindo Persada, 1994, Edisi
IV, cet., ke-9
Salim,
Peter, The Contemporary
English-Indonesia Dictionary, Jakarta: Modern English Pres, 1996,
t.cet.
Legenhausen,
Muhammad, Islam and Religious Pluralism (terjemah), (Jakarta : PT Lentera
Basritama, 2002, cet., ke-1
Thoha,
Anis Malik, Tren Pluralisme Agama, (Jakarta : Gema Insani, 2005), cet., ke-1
Jaiz,
Hartono Ahmad, Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, (Jakarta : Pustaka
al-Kausar, 2002), cet., ke-3
Jamaluddin,
M.Ed (ed), Mendidikusikan kembali Eksistensi Madrasah, “Menyoal
Pendidikan Agama Pluralis” (Jakarta
:Logos,2003), cet., ke-2
Al-Kharasyi,
Sulaiman bin Saleh, Al-‘Ashraniyyah Qintharat al-‘Almaniyyah,
(terjemah), Bogor
: Pustaka Thariqul Izzah : 2005
H.Hart, Michael, The 100, A Ranking of The Most
Influential Persons in Histor,(terjemah) Jakarta : Pustaka Jaya, 1997, cet., ke-18
Wensinck,, A.J.,
al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fadhi al-Hadis an-Nabawi, (Leyden : Brill, 1985),
t.cet., Jilid 6
Yakin, Fathi, Islam Era Global,
Yogyakarta : Ababil, 1996, cet., ke-1
Abdullah, Abdurrahman Salih, Educational Theory Qur’anic Theory
(Mekkah: Ummul Qura University,
tt).
Abudin Nata, Pendidikan Islam di Era Global, Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005
'Ali, Hasan Abd. al, Al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Qarn
al-Rabi'al-Hijryi (TT: Dar al-Fikr al-'Araby,tt)
Asari, Hasan. Menyingkap Zaman Keemasan Islam, (Bandung:
Mizan, 1994).
Asep Suryahadi, Globalization And Wage
Inequality In Indonesia
A Cge Analysis(Journal) The SMERU Research Institute : : April
2001
Asrowi, Psikologi Global (Dalam Perspektif
Globalisasi),Jurnal Pascasarna UIN Jakarta,
2006
Asifudin, Ahmad Janan, Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam
(Tinjauan Filosofis), Yogyakarta :
Sunan Kalijaga Press, 2009
Aziz,
M. Amin, “Islamisasi sebagai Isu”,
Ulumul Qur’an, Volume II, No. 4. 1992
Azra,
Azyumardi, Pendidikan Islam;
Tradisi dan Modrnisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, 1999.
------,
Islam in The Indonesian World, Bandung
: Mizan, 1996
------,
Paradigma Baru Pendidikan Nasional;
Rekonstruksi dan Demokratisasi, Jakarta: Kompas, 2002.
-----, Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains, dalam
Charles Michael Stanton, Pendidikan
Tinggi dalam Islam (Jakarta: Logos, 1994)
Bakar,
Osman, Hierarki Ilmu: Membangun
Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu, Bandung:
Mizan, 1998, cet. Ke-3.
Brown, P. & Lauder, H.. Education,
globalization, and economic development. Journal of Education Policy, (1996)
11(1),
Brown, T.. Challenging globalization as
discourse and phenomenon. International Journal of Lifelong Education, (1999)18(1)
Bendit, R. and W. Gaiser, Integration and
Segregatio of Young People in a Changing World, Prospects, (1995) Vol.
xxv, No.3, Sept
Cheng, Y.C. A CMI-Triplization Paradigm for
Reforming Education in the New Millennium. International Journal of
Educational Management. . (2000) 14 (4), 156-174.
Daud, Wan, Wan Mohd Nor, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M.
Naquib Al-Attas, Bandung:
Mizan, 2003.
Deming, Edward W., Out of The Crisis, Cambridge: Cambridge
Univercity, 1973
Dewey, John, Democracy and Education,
Encyclopedia Americana,
1979
Fahrina, Pendidikan Islam Di Era
Globalisasi: http://fahreena.wordpress.com/2010/07/02/pendidikan-islam/
Faruqi,
Ismail Raji al, Islamisasi
Pengetahuan, (terj.) oleh Anas Mahyuddin dari Islamization of Knowledge,
Bandung: Pustaka, 1984.
Freire, Paulo, Pendidikan Kaum Tertindas, terj.
Pedagogy of the Oppressed, Jakarta:
LP3ES, 2000, ceet. Ke-3
Geertz, Clifford, “Modernization in A Moslem Society: The
Indonesia Case”, da’am Quest,
vol. 39 (Bombay:
1963). Hadi S, Qamarul, Membangun
Insan Seutuhnya, Al-Ma'arif, Bandung,
1986
George Ritzer, Dkk., Modern Sociological
Theory, (terjemah) Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007
Hossein Nasr, Syed, Islam dan Nestapa Manusia Modern,
terj. Anas Mahyuddin, Bandung:
Mizan, 1983
Hossein, Science And Civilization In Islam,
(Cambridge: Harvard University press, 1968).
Ilich, Ivan, Bebaskan Masyarakat Dari Belenggu Sekolah,
terj. Deschooling Society,
Jakarta:
Yayasan Obor, 2000, ed. Ke-1, cet. Ke-2
ILO, A Fair Globalization: Creating
Opportunities for All, Geneva,
International Labour Office (2004)
Ismadi, Bambang, “Prasyarat
strategis pengembangan IPTEK dalam era globalisasi”, http://pdfmachine.com
Jalal, Fasli, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi
Daerah, Yogyakarta: Adicita, 2001
Jenie,
Umar A., Paradigma dan Religiositas
Perkembangan Iptek, dalam buku Religiusitas
Iptek, Yogyakarta: 1998,
cet. Ke-1.
Kellner, Douglas,
Globalization September 11, and the Recructrring of Education, In Critical,
Redical Pedagogies, Global Conflicts, 2005
Luthfi, Faisal, “Sang Peramal Desa Global”, http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=61339e43408033a225cf34b8bd2a2e76&jenis=d82c8d1619ad8176d665453cfb2e55f0&PHPSESSID=d026aff301a610210159e13fdb7f8cef
Majid, Abdul, “Islam di tengah peradaban Global”, http://bki-fikomunpad.blog.friendster.com/2005/04/islam-di-tengah-peradaban-global/
Makdisi, George. The Rise of Colleges (Edinburgh :
Edinburgh University Press, 1981).
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung:
Al-Ma’arif, 1980
Mark K. Smith, The place of
informal and non-formal education in development - the experience of the
south.(jurnal). http://www.infed.org/biblio/colonialism.htm
Mc Clelland, David C, The Achieving Society, The
Mcmillan Company, 1961
Menjejaki
Model-model Pengembangannya, dalam buku Quo
Vadiss Pendidikan Islam (ed.) Mudjia Rahardjo, Malang: Cendekia Paramulya, 2002.
Michelle Attrae
Tonna, Teacher Education in a Glabalization Age, (Journal) Critical Education
Police Studies Vol.5, No.1 (mei 2010)
Mohd Abbas Abdul Razak, Globalization And Its Impact On
Education And Culture: Department of General Studies, Kulliyyah of Islamic
Revealed Knowledge and Human Sciences,
World Journal of Islamic History and Civilization, 1 (1): 59-69, 2011
Muchsin, Bashori dan Wahid,
Abdul, Pendidikan Islam
Kontemporer, Bandung
: PT. Refika Aditama, 2009
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang
Kusut Dunia Pendidikan, Jakarta
: Raja Grafindo Persada, 2006
Mulkhan,
Abdul Munir, Rekosntruksi
Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial, dalam buku Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial,
Yogyakarta: Aditya Media, 1997
Muslikhun Iksan, Strategi Pendidikan Islam dalam menghadapi
era global: http://www.staiindo.ac.id/index.php/lp2m/artikel/edisi-kedua/strategi-pendidikan-islam-dalam-menghadapi-era-global
Nakosteen, Mehdi. Kontribusi Islam and Civilization in Islam
(Cambridge: Harvard University Press, 1998)
Naquib Al-Attas, Syed Muhamad, Konsep Pendidikan dalam Islam,
Mizan, Bandung:
1987
Narmoatmojo, Winarno, “Dinamika
Peradaban Global dan Pengaruhnya Bagi Negara dan Bangsa”, http://winarno.staff.fkip.uns.ac.id/
files/2009/10/dinamika-perd-global.pdf
Nata, Abuddin, Tema-Tema Pokok al-Qur`an (Jakarta
: Biro Mental DKI, 1993)
Nata, Abudin, Manajemen Pendidikan,Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia, Bogor : Kencana, 2003
Pinelopi Koujianou Goldberg And Nina Pavcnik
Distributional Effects of Globalization in Developing Countries Journal
of Economic Literature Vol. XLV (March 2007)
Qamarul Hadi, S., Membangun Insan Seutuhnya, Al-Ma'arif,
Bandung, 1986.
Rachman, Arief, Kualitas Pendidikan Harus Dimaksimalkan,
Media Indonesia,
30 Mei 2002
Rafiq, Mohd. “Tantangan dan
Peluang Komunikasi Islam Pada Era Globalisasi Informasi”, idb2.wikispaces.com/file/view/ok2015.pdf
Rahardjo, M. Dawam, Intelektual Intelegensia dan Perilaku Politik
Bangsa: Risalah Cendikiawan Muslim, Mizan, Bandung: 1996
Rahardjo,
Mudjia, Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Sosiologi Islam sebagai Sebuah Tawaran, dalam buku Quo vadis Pendidikan Islam,
(ed.) Mudjia Rahardjo, Malang: Cendekia Paramulya, 2002.
Rahman, Budy Munawar, ed., Kontektualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah,
Paramadina, Jakarta:
1995
Ramayulis, Studi Tentang Konsep
Pendidikan Mohammad Natsir (Batusangkar: Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol
Batusangkar, 1979)
Robert F. Arnove,
Reframing Comparative Education The Dialectic of The Global and The Local: Journal Vol.13,
No.2
Robertson, Globalization : Sosial Theory and
Global Cultur, londeon: Sage, 1992
Ronald A. Lukens-Bull, Teaching Morality Javanese Islamic
Education In A Globalizing Era (Journal)University Of North
Florida, Jacksonville:
2001
Sadegh Bakhtiari, Globalization And Education
Challenges And Opportunities (Journal) Isfahan
University, Iran
2010
Saiful Akhyar Lubis, Islamic Education Toward
The Era Of Social Change: Effort In Enhancing The Quality(Journal) 2009
Salam, Solihin, Wajah Nasional (Jakarta: Pusat
Studi dan Penelitian Islam, 1990)
Sanaki, Hujair AH., “Paradigma
Baru Pendidikan Islam”, http://Www.Sanaky.Com/Materi/Paradigma_Br_Pendidikan_Islam_Sebuah_Upaya.pd
Sardar, Ziauddin, Jihad Intelektual Merumuskan
Parameter-parameter Sains Islam, terj. AE Priyono, Surabaya: Risalah Gusti, 2000
Sari Sitalaksmi, Dkk. Globalization and
Working Conditions: Evidence from Indonesia (artikel) PDF
Stanton, Charles Michael, Pendidikan Tinggi dalam Islam (Jakarta:
Logos, 1994).
Sudjana, HD., Manajemen Program Pendidikan, Bandung: Falah
Production, 2000
Suwito, Pendidikan yang Memberdayakan,
Makalah Pengukuhan Guru Besar di Bidang Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam,
Januari 2002.
Syalabi, Ahmad. Al-Tarbiyah al-Islamiyah (Kairo:
Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, 1982)
Tilaar, Beberapa
Agenda Reformasi Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di Indonesia,
Bogor : 1999
Tilaar, H.A.R., Kajian Kritis Sistem Pendidikan Nasional,
Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional “Mencari Paradigma Baru Pendidikan Nasional Memasuki Milenium III” dalam HUT PGRI di Jogjakarta.
UNESCO, Learning the Treasure Within, Paris,
Co-publication Unesco/odile Jacob Publishers. (1996)
Wahid, Marzuki, “Pesantren di
Lautan Pembangunanisme: Mencari Kinerja Pemberdayaan”, dalam Marzuki Wahid,
et.al (ed.) Pesantren Masa Depan:
Wacana Pemberdayaan dan Transformasi (Bandung: Pustaka Hidayah,
1999), cet. ke-1.
Weber, Mark, The Protestan Ethic and Spirit Capitalism,
Simon dan Schuster, New York, 1980.
Yunus, Mahmud, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran
(Jakarta : Hidakarya Agung, 1978).
Zhang, W.X., Shen, Y.C. & Li,
S.R., Epidemological Investigation on Mental Disordes in 7 Areas of China, 1998, 22
Al-Zarqani, Muhammad Abd al-Adhim, Manahi al Urfan fi Ulum al-Qur'an, Bairut: Dar al-Fikr, 1988,
t.cet., Jilid 1
Al-Zarkasyi, Badr al-Din Muhammad bin Abd Allah, al-Burhan fi Ulum al-Qur'an, Bairut: Dar al-Kutub al-Alamiyyah, 2001,
t.cet.
Al-Ghazali, Abu Hamid,
Tahafut al-Falasifah, terjemah, Yogyakarta:
Futuh Printika, 2003, cet. ke-1
Aceh, Abu Bakar,
Sejarah al-Qur'an,
Solo: CV. Ramdani, 1989, cet. ke-6
Ali, Atabik dan
Ahmad Zuhdi Muhdlar, Kamus
Kontemporer, Yogyakarta:
Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak,
1996), cet. ke-1
Alavi, A. Q. R.,
We Approach Islam, Luclnow, Nasianal Book
Center, t.cet.
Ali, S.A., The Spirit of Islam, London,
Christopher, 1985
Al-Suyuti, Jalal al-Din,
al-Itqan fi Ulum al-Qur'an, Bairut: Dar al-Fikr, tth.,
t.cet.
Al-Shabuni, Muhammad Ali,
al-Tibyan fi Ulum al-Qur'an, Bairut: Alim al-Kutub, tth.,
t.cet.
Bagus, Lorens,
Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002,
cet. ke-3
Bahesty dan
Bahonar, Philosopi of Islam, terjemah,
Jakarta:
Risalah Masa, 1991, cet. ke-1
Baidan, Nashruddin,
Metodologi Penafsiran al-Qur'an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000,
cet. ke-2
Beerling, Dkk., Inleiding
tot de Wetenschapsleer; Terjemah, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997,
cet. ke-4
Khalaf, Abd al-Wahhab, Ushul
Fiqh, Kuwait: Dar al-Kuwaitiyyah, 1968,
cet. ke-8
Suriasumantri, Jujun S.,
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000,
cet. ke-13
Sudarto, Metodologi Penelitian filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997,
cet. ke2
Salim, Peter, The Contemporary English-Indonesia Dictionary, Jakarta: Modern English Pres, 1996,
t.cet.
Saleh, Subhi,
Mabahis fi Ulum al-Qur'an, Bairut: Dar al-Ilm li al-Malayyin, 1988,
cet. ke-17
Poerwadarmita, W.S.J., Kamus Umum Bahasa Indonesia,
(Jakarta: PN, Balai Pustaka, 1983), cet ke-2
Darajat,
Zakiah, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1985), cet
ke-5
Sarwono,
Sarlito Wirawan, Seksualitas dan Fertilitas Remaja (Jakarta: CV
Rajawali, 1983), cet ke-2
Al-Mahdi, Perlukah Pendidikan seks pada Remaja,
Anda (Tabloit) No. 59 (oktober 1987), h. 3;
Fj. Monks, A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu
Haditomo, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: GMUP, 1988), cet
ke-4
Akbar,
Ali dan Yusuf Abdullah Puar, Bimbingan
Sex Untuk Remaja, (Jakarta: Pustaka Antara, 1990), cet ke-2
Miqdad, Akhmad Azhar Abu, Pendidikan Seks Bagi Remaja, (Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 1997), cet ke-1
[1] David Barrat, Media
Sociology (London and New York: Routledge, 1994), hal. 273.
[2] Hubert L. Dreyfus, Paul
Rabinow, Beyond Structuralism and Hermeneutics (Chicago: University of
Chicago Press, 1982), hal. 72 - 76.
[3]
Idi Subandi Ibrahim, et al., Hegemoni Budaya (Yogyakarta:
Bentang, 1997), hal. 52 - 54.
[4] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi
Komunikasi (rev.ed.; Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 55.
[5] Ira M. Lapidus, A History of
Islamic Societes (Vol.1; Cambridge: Cambridge University Press, 1988), hal.
131.
[6] Arthur Asa Berger, Media Analysis
Techniques, terj. Setio Budi HH. (Yogyakarta:
Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45.
[7] Lorens Bagus, Kamus
Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), hal. 595.
[8] Rudi Harisyah Alam, “Perspektif
Pasca-Modernisme dalam Kajian Keagamaan,” Kajian Keagamaan dalam Tradisi
Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu, eds. Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed., M. Deden Ridwan
(Bandung: Penerbit Nuansa dan PUSJARLIT, 1998), hal. 67-77.
[9] Dedy N. Hidayat, "Paradigma dan
Perkembangan Penelitian Komunikasi," Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia, No. 2 (Oktober, 1998),
hal. 25-26.
[10] Francis
Fukuyama, “Benturan Islam dan Modernitas,” Koran Tempo, 22 November,
2001, hal. 4.
[11] “Islam di AS Jadi Agama Kedua,” Republika,
10 September, 2002, hal. 6.
[12] Muzayin Nazaruddin, “War Against
Terrorism: Critical Discourse Analysis,” (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004), hal. 205.
[13] Muzayin Nazaruddin, “Dua Tipe
Perempuan dalam Film dan Sinetron Mistik Indonesia,”
(Makalah disampaikan dalam Temu Ilmiah Nasional, Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, Jakarta, 26 – 28 Juni, 2007).
[14] U.S. Department
of Foreign Affairs, Testimony by John. J. Maresca, Vice President
International Relations Unocal Corporation to House Committee on International
Relations Subcommittee on Asia and The Pacific
(Washington D.C., 12 February, 1998).
[15] Robert McChesney, “Rich
Media Poor Democracy,” www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html
(akses 16 Agustus 2006).
[16]
“Pengelolaan Bencana: Pengelolaan Kerentanan Masyarakat,” www.walhi.or.id/kampanye/bencana
(akses 17 Agustus 2006).
[17] Samijan, wawancara dengan penulis,
11 November 2006.
[18] Karl Marx, Selected Writings in
Sociology and Social Philosophy, eds. T.B. Bottomore and Maximilien
Rubel (New York: McGraw-Hill, 1964), hal. 78, seperti dikutip oleh Arthur Asa
Berger, Media Analysis Techniques, terj. Setio Budi
HH. (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma
Jaya, 2000), hal. 44 – 45.
[19] Arthur Asa Berger, Media Analysis
Techniques, terj. Setio Budi (Yogyakarta:
Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45.
[20] Arthur Asa Berger, Media
Analysis Techniques, terj. Setio Budi (Yogyakarta:
Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45. Cukup jelas, Marx
menawarkan gagasan bahwa ide-ide atau gagasan pada suatu masa adalah yang
disebarluaskan dan dipopulerkan oleh kelas berkuasa sesuai kepentingannya.
Kelas penguasa itu, seperti ditegaskan Marx, merupakan pemikir, pemproduksi ide
sekaligus mengatur distribusi idenya. Dalam hal produksi dan penyebarluasan ide
inilah kita bisa mengurai saling keterkaitan antara kelas penguasa, ideologi,
wacana dan media.
[21] R.P. Hardt, The Sound of
Leadership: Presidential Communication in the Modern-Age (Chicago: Chicago
University Press, 1987), hal. 61.
[22] Pada dasarnya tiap pemimpin politik
selalu menciptakan bahasa politik yang menjadi kekuatan utama konsolidasi
simbolik dalam rangka mendukung politik dijalankan serta meneguhkan ideologi
kekuasaan. Dalam sebuah studinya mengenai pidato kemenangan presiden di
Amerika, Corcohan menunjukkan bahwa tiap presiden ternyata mempunyai gaya bahasa serta
strategi wacana yang berbeda. Lihat lebih jauh di R.P. Hardt, The Sound of
Leadership: Presidential Communication in the Modern-Age (Chicago: Chicago
University Press, 1987), hal. 61.
[23] David Barrat, Media Sociology
(London and New York: Routledge, 1994), hal. 51-52. Lihat juga Janet Wollacott,
“Message and Meanings”, dalam Culture, Society and the Media, eds.
Michael Gurevitch, James Curran and James Wollacott (London:
Methuen, 1982), hal. 109.
[24] Keberpihakan media akan menampilkan
kelompok dominan dalam pemberitaan. Lebih jauh, media bukan hanya alat bagi
ideologi dominan, tetapi juga memproduksi ideologi dominan itu sendiri. Lihat
David Barrat, Media
Sociology (London and New York: Routledge, 1994), hal. 51-52. Lihat juga
Janet Wollacott, “Message and Meanings”, dalam Culture, Society and the
Media, eds. Michael Gurevitch, James Curran and James Wollacott
(London: Methuen, 1982), hal. 109.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar